Rabu, 18 November 2009

BUMI MENETESKAN AIR MATA


Suatu kerinduan akan pendidikan cinta lingkungan
Oleh. Tiburtius Gunawan. S.Sos.
Guru Sosiologi SMAK Giovani Kupang.
Bumi ibu pertiwiku yang tercinta telah menangis meneteskan air matanya karena bumi ini sudah kekurangan mata air. Inilah kondisi planet bumi kita sekarang .Sadar atau tidak kita pun menangis dalam kondisi kekurangan – kekurangan kita sebagai dampak kondisi bumi kita sekarang ini.
Awal Mula Bumi
Edgar Morin dalam bukunya “Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan”tahun 1999 yang diterjemahkan oleh Imelda Kusumastuty tahun 2005 mengutarakan kondisi planet bumi kita ini sebagai planet yang memiliki mahluk hidup termasuk manusia. Selanjutnya ia mengatakan “ kita ini hidup dalam kosmos yang maha luas, tersusun dari bermiliar-miliar bintang dan bermiliar galaksi. “ Kitapun telah mempelajari bahwa bumi kita ini adalah titik yang sangat kecil yang berputar mengelilingi bintang dan menjelajahi pinggiran galaksi . Karena itu kita pun harus memahami posisi kepinggiran kita bahwa kita bukan yang paling penting dalam kosmos ini.
Partikel – pertikel penyusun organisme kita muncul pada detik-detik pertama kehidupan dalam kosmos, hal ini terjadi pada 15 miliaran tahun yang lalu. Sekitar lima miliaran tahun yang lalu planet bumi kita terbentuk dalam wujut sekumpulan materi kosmis dari ledakan mata hari dan empat miliar tahun yang lalu organisasi kehidupan muncul dari sebuah pusaran angin makro molekuler ditengah deru badai dan ledakan-ledakan. Bumi menghasilkan dan mengorganisir dirinya sendiri dalam ketergantungan pada matahari dan ketika bumi mengembangkan biosfernya, ia membentuk dirinya menjadi kompleks biofisik. Kita adalah mahluk kosmis , mahluk hidup sekaligus mahluk bumi, merupakan batang-batang kecil diaspora kosmis, sejemput bongkahan kecil dihadapan matahari dan biji yang sangat kecil didepan bumi. Peristiwa dahsat yang diluar dari jangkauan rasionalitas pemikiran manusia ini hanya akan dimaklumi, bahwa inilah karya
maha besar Tuhan .
Kejayaan Bumi
Lima juta tahun dari permulaan hominisasi (pemanusiaan) yang membedakan kita dari kera, kehidupan betul-betul menyatu antara manusia dengan lingkungan alamnya yang kaya hutan belukar, mata air dan sungai yang melimpah , jenis pepohonan yang melimpah ruah mendatangkan sumber air yang melimpah pula. Salah satu jenis pohon yang menghasilkan sumber air sebagai peninggalan jaman purba adalah Pohon Beringin yang pada jaman sekarang orang memeliharanya di pot-pot bunga. Sayang pohon ini dilupakan untuk dibudidayakan ,dilupakan untuk ditanam pada titik-titik yang berpeluang munculnya mata air sesuai yang diakui dan diungkapkan oleh Markus Karaeng di Dinas Kehutanan Nusa Tenggara Timur waktu diwawancarai awal Nopember 2006, bahwa belum diadakan pengkajian dan percobaan untuk menanan beringin sebagai pohon sumber mata air.
Pada jaman persahabatan antara alam dan manusia itu yang betul-betul damai, bumi menggenggam erat terhadap huniannya, marga satwa hidup bebas tanpa tekanan, planet bumi sangatlah jaya dengan kekayaan alamnya. Usia kehidupan manusiapun diatas ratusan tahun. Kemudian pada perkembangan sejarah manusia yang dimulai dengan diaspora berskala planet diseluruh benua dan berlanjut dari abad ke abad sampai pada jaman moderen sekarang ini diaspora tersebut telah memasuki era komunikasi planeter diantara elemen-elemen diaspora manusia. Diaspora mengasilkan keragaman luar biasa dalam bahasa, budaya dan pengalaman, suatu kekayaan berlimpah yang memungkinkan inovasi dan kreasi disegala bidang. Harta karun umat manusia memang terletak pada keragaman yang kreatif, dan sumber kreatifnya adalah kesatuan generatifnya. Didalam generatifnya itulah ada rasionalitas . Rasionalitas dapat mengembangkan ilmu dan tehnologi yang menghasilkan markas canggih yang dikuasai Inteligensi Buatan atau Artifisual Intelligences=AI yang mencoba mengendalikan manusia. Dibalik itu masalahnya , bagaimana manusia mendapatkan keuntungan dari kemajuan tehnologi itu tanpa takluk kepadanya. Inilah sumber munculnya secara perlahan menurunnya perhatian manusia pada lingkungan alamnya.
Rasionalitas Palsu
Pemikiran tehnokratis yang tentu relefan bagi segala yang berkenan dengan mesin-mesin buatan, tidak memahami mahluk hidup dan manusia dimana ia diaplikasikan , pemikiran ini diyakininya sebagai satu-satunya pemikiran yang rasional, namun sebenarnya itu adalah rasionalitas palsu atau rasionalitas semu yaitu rasionalisasi unidimensional abstrak yang telah menaklukan bumi, rasionalitas yang tidak mengaitkan hidupnya manusia dengan lingkungan secara global. Banyak pengalaman dan peristiwa penghancuran
linkungan alam diatas muka bumi pertiwi ini ulah rasionalitas semu dari umat manusia, berikut sekelumit peristiwa kerusakan yang terjadi selama ini.
· Bekas Uni Soviet telah menyelesaikan satu karya besar rasionalitas tehnobirokratis, mengubah arus sungai untuk mengairi ladang kapas yang panas dan tidak ditumbuhi pepohonn pada siang hari yang kemudian mencemari tanah akibat garam pekat bawah tanah dan melemahkan suplai air bawah tanah serta mengeringkan laut Aral. (Edgar Morin; ibid.50).
· Awal mulanya penemuan ilmu pengetahuan pada abad 17 dan tumbuhnya kemajuan tehnologi pada abad 18 dan semakin maraknya kemajuan tehnologi industri pada abad 20 dan sekitar tahun 1970 an perkembangan tenologi yang hampir ada disetiap benua , kita disadarkan bahwa sampah dan limbah yang berasal dari kemajuan tehnologi industri merusak biosfer dan merusak lingkungan hidup dengan pencemaran yang tak tertanggulangi. Lumpur Lapindo Brantas mengalir tanpa kompromi mencari daerah produktif dan pemukuman penduduk di Sidoarjo Jawa Timur, manusia lari terbirit-birit menghindarkan diri dalam ketertekanan. Dominasi tehnologi terhadap alam ternyata menghancurkan manusia sendiri. Planet bumi ini kembali meneteskan air matanya.
· Penggundulan hutan karena pembalakan , pembakaran hutan yang merebak diseluruh pelanet ini mengakibatkan ketidakseimbangan sumber air dan meluasnya padang gurun. Jika tetap dibairkan penggundulan hutan yang membabi buta maka akan semakin meningkatnya erosi , menambah surutnya sungai Nil, Amazone, kapuas, musi, ciliwung, Kuning (cina), Noelmina di NTT, yang lama-kelamaan akan menjadi kering. Dan yang menanggung resiko kematian adalah manusia sendiri karena ditimpa bencana alam, kelaparan dll.
· Penggunaan pupuk secara besar-besaran berefek pada kerusakan tanah, sistem irigasi yang tidak sesuai dengan dataran menyebabkan erosi, akumulasi pestisida menghancurkan keseimbangan alami antara spesies yang berguna bersama dengan yang berbahaya, kadang-kadang meningkatkan spesies berbahaya yang kebal terhadap pestisida. Kita pernah dilanda oleh hama kutu loncat, walang sangit dan belalang. Bahan beracun dari pestisida masuk kedalam makanan dan mempengaruhi kesehatan konsumen yang juga karena dipicu oleh makanan instan usia kehidupan manusia menurun jauh dibawah 100 tahun, maka bumi ini kembali menangisi dirinya.
Prediksi solusi-solusi rasional dari para ahli yang diyakini mengarah pada kemajuan rasional telah diterapkan diberbagai tempat di planet ini selama berpuluh-puluh tahun , namun telah berhasil memiskinan dalam upaya memperkaya dan berhasil menghancurkan dalam upaya mencipta.
Suara Hati
Kalau semua persoalan kerusakan jati diri bumi yang telah terjadi berabad-abad hingga sekarang ini maka akan melihat arus baliknya yaitu;
· Arus balik ekologis ; secara tak terelakkan akan mengumpulkan kekuatan sebagai reaksi terhadap kerusakan lingkungan yang makin parah serta mala petaka tehnologi dan industri.
· Arus balik kualitatif; bereaksi terhadap kuantitatif dan kecendrungan penyeragaman. Kualitas disegala bidang dihargai berangkat dari hidup yang mau berkualitas.
Jika merasa belum terlambat kita masih diawal abad 21 ini , kita masih mempuyai suara hati dan mau berkata serta berbuat menjaga jati diri planet bumi tercinta ini, tidaklah kita berbuat untuk mengembalikan kejayaanya, tetapi kita menjaga kondisi yang ada sekarang supaya tidak memperparah, kita harus melihat kedepan untuk anak cucu kita, maka harus mematri suara hati berikut ini;
· Suara hati antropologis; Kita harus mengakui kesatuan dalam keragaman, bahwa kita di planet bumi merupakan satu kesatuan walaupun dalam berbagai perbedaan, kita saling menjaga sebagai sesama warga bumi.
· Suara hati ekologis; yang sadar bahwa kita hidup bersama dengan mahluk lain yang mendiami lingkungan hidup (biosfer).Dengan kesadaran ikatan hidup antara kita dengan biosfer. Kita hentikasn mimpi muluk untuk menguasai jagat raya karena bukan milik kita, dan sebagai gantinya memupuk kerinduan untuk hidup bersama dimuka bumi ini.
· Suara hati sosiologis (warga buni), rasa solidaritas dan tanggung jawab terhadap anak-anak dunia.
· Sauara hati spiritual akan kondisi manusiawi yang diperoleh melalui pemikiran yang kompleks yang terbuka untuk saling mengkritik , kritik terhadap diri sendiri dan saling memahami.
Pendidikan Cinta Lingkungan.
Planet bumi membutuhkan pemikiran polisentris yang mampu mengarahkan ke universalisme yang tidak abstrak tetapi yang sadar akan kesatuan manusia dengan lingkungannya dan sadar akan keragaman kondisi manusia dan alamnya, pemikiran polisentris yang tumbuh dari kebudayaan dunia artinya tumbuh dari kebudayaan umat manusia yang sadar akan keberadaanya diantara mahluk – mahluk lain di planet bumi ini.
Mendidik untuk berpikir seperti ini merupakan tujuan pendidikan masa depan, yang dalam era planeter harus berkarya (bukan sekedar berimajinasi - abstrak) demi jati diri dan suara hati bumi.
Dengan tetap menghargai upaya-upaya yang telah dilakukan umat manusia dari berbagai kalangan selama ini untuk menjaga jati diri bumi ini, sebagaimana yang dislogankan serta dilaksanakan selama ini seperti; pelestarian, reboisasi, konservasi, tanam sejuta pohon, tehonologi berwawasan lingkungan, tidak membuang sampah disembarang tempat terutama di kawasan hutan, yang dalam proses dan hasilnya masih memprihatinkan, maka berikut ini yang perlu diperhatikan adalah.
· Dalam dunia Pendidikan :
1. Untuk anak-anak didik dari tangkat dasar sampai tingkat menengah sebagai anak-anak dunia,
generasi yang belum terkontamisasi secara langsung akan penggunaan hutan sejak dini diberikan
kesadaran akan keberadaanya sebagai bagian dari keragaman planet bumi ini dengan menanamkan
kecintaanya akan mahluk lain di bumi ini, karena itu perlu dikemas dalam kurikulum baik secara
nasional maupun secara lokal sekolah, yang lebih terkonsentrasi pada ranah psykomotor.
2. Anak-anak dilatih sejak dini untuk menenam pohon ditanah, bukan hanya menanam bunga di pot, merawatnya, menyiram dan menjaganya. Hal ini harus mulai pendidikan di keluarga.
3. Perlu kiranya membuka suatu lembaga pendidikan kejuruan kehutanan guna menghasilkan tenaga
profesional kehutanan.
4. Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan berbagai badan/lembaga terkait yang berkompoten baik pemerintah maupun LSM untuk mengkaji kelayakan jenis pohon dan tempat untuk ditanam sebagai sumber air.Sebagai contoh, dengan pengamatan umum bahwa ketika dimana ada tumbuh pohon beringin disana akan ada mata air. Mengapa ini dilupakan atau diabaikan? Tolong pindahkan pohon-pohon beringin di pot-pot bunga setiap rumah untuk ditanam ditanah. Bila ini dilakukan maka dikawasan yang ditumbuhi sepuluh atau dua puluh pohon beringan kelak belasan tahun keatas akan ada sumber air.
5. Ilmu pengetahuan yang terkotak-kotak demi spesialisasi dengan mengadakan penelitian dan percobaan ilmu pengetahuan alam demi kepentingan ilmunya terkadang akan mengorbankan biosfer dan ekologi. Marilah kita melihat keberadaan kita dan ilmu itu untuk kepentingan global dunia.
· Untuk Pemerintah.
1. Perlunya program yang tepat guna dan tepat sasaran akan kehutanan, hentikan berspekulasi asal
jadi.
2. Produk hukum yang jelas akan kepentingan hutan. Bertindak tegas bagi pihak pembalak,
penggundul, atau yang membakar hutan, kerena itu sebagai bentuk tindakan kekerasan yang
mengakibatkan orang lain korban.
3. Perlu menambah barisan sekuriti kehutanan yang betul-betul profesional dan bertanggung jawab.
4. seleksi terhadap pengoprasian tehnologi industri, untuk tetap berwawasan lingkungan.
.
- Untuk masyarakat.
1. Untuk tidak / memperkecil kerusakan hutan dan lahan perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian
melalui antara lain penyuluhan , pemberdayaan dan pelibatan masyarakat didalam dan disekitar
kawasan hutan dalam kegiatan pembangunan hutan sejak perencanaan sampai kegiatan pemungutan
hasil termasuk kegiatan pengamanan dan perlindungan hutan.
2. Masyarakat disekitar atau didalam kawasan hutan menyadari betul akan fungsi dan manfaat hutan,
tehnik rehabilitasi dan tehnik pembukaan lahan tanpa membakar, sehingga berdampak positif seperti
terhindar dari banjir.
3. Berusaha jika sekali memotong pohon diimbangi dengan menanam lima pohon