Sabtu, 10 Juli 2010

WORKSHOP PENGEMBANGAN KONTEN BAHAN AJAR, UJI PSB-PSMA 2010

Workshop Pengembang Konten Bahan Ajar dan Bahan Uji PSB-SMA Tahun 2010
Posted Sel, 22/06/2010 - 14:17 by soripada
Bersama ini kami beritahukan dengan hormat, bahwa dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di SMA, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun anggaran 2010 akan melaksanakan Kegiatan Pengembangan Konten Bahan Ajar dan Bahan Uji SMA. Kegiatan dimaksud akan diselenggarakan sebagai berikut :
1. Tujuan Kegiatan  Adalah meningkatkan kemampuan peserta dalam hal:
a. Pemanfaatan sarana TIK di sekolah untuk meningkatka mutu pembelajaran berbasis TIK
b. Pengembangan Bahan Ajar dan Bahan Uji berbasis TIK
c. Pelaksanaan desiminasi hasil pengembangan konten bahan ajar dan bahan uji kepada seluruh warga sekolah
d. Pemahaman tentang Implementasi Pusat Sumber Belajar (PSB) pada Sekolah Model SKM/SSN-PBKL-PSB
2. Jumlah dan Kriteria Pese
a. Kegiatan Pengembangan Konten Bahan Ajar dan Bahan Uji SMA akan diikuti oleh 528 orang guru mata
pelajaran.
b. Kriteria Peserta
1) Mampu mengoperasikan sistem operasi Windows XP, MS Office 2003/2007, internet dan aplikasi pendukung
pengembangan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK
2) Pernah menyusun dan menggunakan Bahan Ajar Berbasis TIK dalam pembelajaran
3) Memiliki waktu, kemampuan dan kemauan untuk mendesiminasikan hasil pelatihan kepada guru lain.
3. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan akan dilaksanakan dalam 4 (empat) angkatan dengan jadwal sebagai berikut:
a. Angkatan 1
Hari/Tanggal : Senin – Minggu, 28 Juni s.d. 4 Juli 2010
Pembukaan : Senin, 28 Juni 2010, pukul 14.00 WIB
Check In : Senin, 28 Juni 2010, pukul 12.00 WIB
b. Angkatan 2
Hari/Tanggal : Senin – Minggu, 5 s.d. 11 Juli 2010
Pembukaan : Senin, 5 Juli 2010, pukul 14.00 WIB
Check In : Senin, 5 Juli 2010, pukul 12.00 WIB
c. Angkatan 3
Hari/Tanggal : Minggu - Sabtu, 25 s.d. 31 Juli 2010
Pembukaan : Minggu, 25 Juli 2010, pukul 14.00 WIB
Check In : Minggu, 25 Juli 2010, pukul 12.00 WIB
d. Angkatan 4
Hari/Tanggal : Sabtu - Jumat, 31 Juli s.d. 6 Agustus 2010
Pembukaan : Sabtu, 31 Juli 2010, pukul 14.00 WIB
Check In : Sabtu, 31 Juli 2010, pukul 12.00 WIB
4. Tempat Pelaksanaan
HOTEL PREANGER BANDUNG
Jl. Asia Afrika 81 PO.BOX 1220 Bandung, Indonesia
Telp. 022-4231631
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, bersama ini kami mohon kesediaan Saudara untuk mengijinkan dan sekaligus menugaskan nama-nama peserta dari sekolah sebagaimana dalam daftar terlampir (Lampiran 1), untuk mengikuti kegiatan dimaksud sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Perlu kami informasikan bahwa sebagian nama-nama tersebut, kami peroleh berdasarkan usulan Sekolah. Apabila nama calon peserta yang kami sampaikan dimaksud ternyata belum memiliki kemampuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada butir 2.b di atas, maka sekolah dapat mengganti calon peserta tersebut dengan guru lain yang memenuhi persyaratan dan segera menyampaikan kepada kami melalui SMS ke HP. 081318703136 atau Fax. No. 021- 7669205 atau Email ke : harahap09@yahoo.com atau hanny_depdiknas@yahoo.com, selambat-lambatnya tanggal 25 Juni 2010.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan setiap peserta membawa:
1. Laptop/Notebook (disediakan masing-masing sekolah) dengan spesifikasi minimal Pentium IV, RAM 512 Mb, dilengkapi dengan Wi-Fi dan CD Rom dengan free space hard disk minimal 10 GB.
2. Pada laptop/notebook sudah terinstal minimal Windows XP (sp2) dan MS Office 2003/2007 dengan anti virus yang terbaru (updated)
3. Bahan ajar berbasis TIK sesuai dengan mata pelajaran yang diampu minimal 3 (tiga) bahan ajar dengan SK/KD seperti terlampir (Lampiran 2)
4. Contoh soal minimal 25 butir untuk masing-masing bahan ajar yang dibawa
5. Silabus kelas X, XI dan XII sesuai dengan mata pelajaran yang diampu
6. Berkas pendukung lain seperti terlampir (Lampiran 3).
Pembiayaan selama kegiatan workshop berlangsung dibiayai oleh Direktorat Pembinaan SMA melalui BPP Peningkatan Kualitas Pembelajaran tahun anggaran 2010, sesuai dengan peraturan keuangan yang berlaku.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
Daftar Peserta dan Penugasan Pembuatan Bahan Ajar dan Bahan Uji Terlampir
Lampiran 1
DAFTAR PESERTA WRKSHOP PENGEMBANG KONTEN PSB-SMA TAHUN 2010
TANGGAL 28 JUNI - 4 JULI 2010
NO. NAMA SEKOLAH NAMA PESERTA MAPEL ANGKATAN 1
1 SMAS Methodist 1 Jakarta Kristina Silalahi, S. Si Matematika 1
2 SMAN 75 Jakarta Dra. Zainuryani Kimia 1
3 SMAN 47 Jakarta Drs. Amirsyah, MM Matematika 1
4 SMAN 1 Jakarta Masril, S Pd. Fisika 1
5 SMAN I Margahayu Talimin, S.Pd Fisika 1
6 SMAS Plus PGRI Cibinong Dra. Eni Nurati, M.Pd Biologi 1
7 SMAN 1 Pangandaran Sutrasman, S.Pd Kimia 1
8 SMAS Plus Muthahhari Bdg Meti Farokah Matematika 1
9 SMAN 2 Bandung Asep Suryanto, S.Pd Fisika 1
10 SMAS Al Bayan Sukabumi Noor Sjahid, S.Si Fisika 1
11 SMAS YPHB Bogor Swasti Endriani, S.Si Kimia 1
12 SMAN 5 Semarang Dra. Puji Astuti Kimia 1
13 SMA N 3 DemaK M. Jaelani, S.Pd Matematika 1
14 SMAN 1 Gombong Drs. Agus Purwanto Kimia 1
15 SMAN 1 Banyudono Nurhita Rokhani, S.Pd Biologi 1
16 SMAN 3 Pekalongan Agus Arintono, S.Pd Fisika 1
17 SMAN 3 Kt. Tegal Drs. Khariri Fisika 1
18 SMAN 2 Pemalang Dra. Titik Istiqomah Bhs Inggris 1
19 SMAN 1 Bumiayu Sri Yuliasih, S.Pd Fisika 1
20 SMAN 1 Sewon Endang Sudarmiyati, S.Pd Fisika 1
21 SMAN 2 Wonosari Arif Kurniawan, S.Si Biologi 1
22 SMAN 1 Temon Drs. Wahyu Triono TIK 1
23 SMA Muh 7 Yogyakarta Drs. Suharto Kimia 1
24 SMAN 11 Yogyakarta Dra. Rahayu Eri Murti Fisika 1
25 SMAS Pangudi Luhur Yogya Ign. Rudi Hartanto Kimia 1
26 SMAN 7 Yogyakarta Maria Ernawati Matematika 1
27 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Dra. Istiana Biologi 1
28 SMAN 4 Surabaya Drs. Hari Yudi P, MM Matematika 1
29 SMAK Kolese St. Yusup Malang Dra. N. Tarigan Kimia 1
30 SMAN 2 Pasuruan Drs. Suwito Matematika 1
31 SMAS Nurul Jadid Probolinggo Intan Ceria, S.Kom TIK 1
32 SMAN 3 Sidoarjo Hikmah Nafida, S.Pd Bhs Inggris 1
33 SMAN 1 Geger Dardiri Fisika 1
34 SMAS Muh. 6 Paciran Tamrin Matematika 1
35 SMAS Ibrahimy Wongsorejo Taufik Saleh, S.Kom TIK 1
36 SMAN 3 Kediri Asri Sri Rejeki Yuniatin, S.Pd Matematika 1
37 SMAN 1 Kedungwaru Drs. Abdul Rouf Matematika 1
38 SMAN 1 Peukan Bada Zahra Muliati, S.Pd Fisika 1
39 SMAN 1 Sigli Rusna Maini, S.Pd Bhs Inggris 1
40 SMAN 1 Banda Aceh Siti Hajar TIK 1
41 SMAN 4 Banda Aceh Dra. Cut Darmawati Biologi 1
42 SMAS Harapan Medan Drs. Samijo Fisika 1
43 SMAN 3 Medan Drs. Simon Manurung, M.Si Kimia 1
44 SMAN 3 Tebing Tinggi Johanes G. H. Manik, S.Pd Bhs Inggris 1
45 SMA Negeri 2 Binjai Deddy Iskandar, S.Pd Bhs Inggris 1
46 SMA Negeri 1 Ampek Angkek Fitri Dewina Biologi 1
47 SMAN 1 Sijunjung Mira Herlia, S.Pd Bhs Inggris 1
48 SMAN 1 Sawahlunto Reva Mailita Bhs Inggris 1
49 SMAN 3 Payakumbuh Taufik Imran, S.Kom TIK 1
50 SMAN 5 Bukittinggi Nurwati, S.Pd Matematika 1
51 SMAN 1 Pekanbaru Agustina Kimia 1
52 SMAN 1 Kampar Asna Ripawati, S.Pd Fisika 1
53 SMAN 1 Bangko Aprilia, S.Pd Biologi 1
54 SMAN 4 Jambi Deden Darma Wiadi, S.Pd Biologi 1
55 SMAN 1 Muaro Jambi Fitrah Sukma, S.Pd Kimia 1
56 SMAN 12 Merangin, Jambi Agus Salim, S.Pd Kimia 1
57 SMAN 3 Palembang Drs. Edi Ramlan Bhs Inggris 1
58 SMAN 1 Pagar Alam Azhar, S.T Fisika 1
59 SMAN 1 Indralaya Utara Agustin Darmayanti, S.Pd Bhs Inggris 1
60 SMAN 1 Lahat Jannatul Hikma, S.Kom TIK 1
61 SMAN 2 Kalianda Noni Herawati, S.Kom TIK 1
62 SMAN 4 Metro Nining Isti Utami, S.T TIK 1
63 SMA Negeri 2 Pringsewu Samsinah, S. Pd. Kimia 1
64 SMAN 1 Gedongtataan Dra. Siti Rohani Matematika 1
65 SMAN 1 Pontianak Siti Khaeriyah, S.Pd Fisika 1
66 SMAS Immanuel Pontianak Yanti Matematika 1
67 SMAN 3 Singkawang Deny Suhendra, S.Kom TIK 1
68 SMAN 1 Palangkaraya Hisar Siahan, B.A Matematika 1
69 SMAN 1 Dusun Selatan Iberiati, S.Pd Biologi 1
70 SMAN 1 Satui Titik Jarwati, S.Si Kimia 1
71 SMAN 2 Banjarbaru Dra. Tri Astuti Kimia 1
72 SMAN 2 Balikpapan Vidi Humaniora TIK 1
73 SMAN 2 Samarinda Siti Rohmatun, S.Pd Kimia 1
74 SMAN 1 Sangatta Utara Rida Nurhayati, M.Pd Matematika 1
75 SMAS Kristen 2 Tomohon Maikel Manembu, S.Pd. Matematika 1
76 SMAN 3 Bitung Reny Poerwanti, S.Pd Kimia 1
77 SMAS Kat. Rex Mundi Manado Ferry Mawu, S.Pd Fisika 1
78 SMAN 1 Remboken Junita T. Koraag, S.Pd Kimia 1
79 SMAN 3 Palu Yuli Rahmawati, S.Pd Kimia 1
80 SMAN 6 Palu Syukri, S.Pd Bhs Inggris 1
81 SMAN 1 Banawa Lukman, S.Pd Bhs Inggris 1
82 SMAN 5 Makassar Nursyamsi, S.Pd Kimia 1
83 SMAN 2 Watompone Anwar, S.Pd Biologi 1
84 SMAN 2 Maros Nurjannah, S.Pd Fisika 1
85 SMAN 1 Marioriwawo Suyudi, S.Pd, M.Si Fisika 1
86 SMAN 1 Pare-Pare Herlina Ramll, S.Pd Bhs Inggris 1
87 SMAN 3 Takalar Drs. Abdullah, MM Fisika 1
88 SMAN 1 Ranomeeto Drs. I Nyoman Jana Biologi 1
89 SMAN 5 Kendari Drs. Arifuddin Biologi 1
90 SMAN 3 Kendari Drs. Maknun Bhs Inggris 1
91 SMAS Xaverius Ambon Nn. Yuliana Suyanti, S.Pd Bhs Inggris
92 SMAN 3 Ambon B. Nalay, S.Pd Kimia 1
93 SMAN 5 Ambon Ny.C. Nendissa, S.Pd Kimia 1
94 SMAN 2 Denpasar Toto Agus Riyanto, S.Pd Fisika 1
95 SMAN 7 Denpasar Drs. I Made Siartha Biologi 1
96 SMA Negeri 2 Tabanan Ni Ketut Tini Aryawati, S.Pd Kimia 1
97 SMAN 1 Amlapura Putu Dwika Darma Dewi Fisika 1
98 SMANI 1 Tampaksiring Dewa Puturai Bhs Inggris 1
99 SMAS Katolik Giovanni Kupang Drs. Serfinus Badj Bhs Inggris 1
100 SMAS Advent Nusra Yohanes Lawahiku, S.Pd Bhs Inggris 1
101 SMAK Frateran Ndao Abdon Mae, S.Si Kimia 1
102 SMA Negeri 1 Waingapu Dra. Ice Dina Rona Bhs Inggris 1
103 SMAN 1 Praya Tengah Dewi Rostika, S.Pd Kimia 1
104 SMAN 1 Narmada Hedi Hatadi, S.Pd Biologi 1
105 SMA N 1 Gerung Siti Dhomroh, S.Pd Fisika 1
106 SMAN 2 Mataram Gusti Afifah,S.Pd Fisika 1
107 SMAN 1 Sumbawa Besar Iin Gantihar, S.Pd Biologi 1
108 SMAN 5 Jayapura Eduard Tampubolon, S.Pd, M.Hum Bhs Inggris 1
109 SMAN 1 Biak Numfor Nyono, AM AM.Pd Fisika 1
110 SMAN 1 Sentani TIK 1
111 SMAN 3 Bengkulu Rohaji, S.Pd Biologi 1
112 SMAN 2 Arga Makmur Nopita Pratama Fisika 1
113 SMA Negeri 1 Manna Endang Putri Utama, S.Kom TIK 1
114 SMAN 5 Kota Ternate Muhammad risal, S.Pd Fisika 1
115 SMAN 1 Tidore Kepulauan Jahra Mandar, S.Pd Biologi 1
116 SMAN 9 Tangerang Selatan Hamidah, S.Pd Bhs Inggris 1
117 SMAN 3 Tangerang Veronica, S.Pd Bhs Inggris 1
118 SMAN 1 Cilegon Agus Djunaedi Sulaeman, S.Pd Biologi 1
119 SMAN 2 Kota Serang Parida, S.Pd Kimia 1
120 SMAN 2 Pandeglang Slamet Junianto, S.Pd Bhs Inggris 1
121 SMAN 1 Pemali Verina, S.Pd Kimia 1
122 SMAN 2 Pangkalpinang Sunaryo, S.Pd Biologi 1
123 SMAN 1 Koba Lina Kartina Fisika 1
124 SMAN 4 Gorontalo Dra. Nurmata Kum, M.Pd Matematika 1
125 SMAN 1 Tapa Hamzah Yusuf, S.Pd, M.Pa Kimia 1
126 SMAN 1 Kabila Salmawati Usuli, S.Pd Biologi 1
127 SMAN 1 Bintan Ratih Pratiwi, S.Si Biologi 1
128 SMAN 2 Tanjungpinang Drs. Khasmiwirto Matematika 1
129 SMAN 8 Batam Eldawati, S.S Bhs Inggris 1
130 SMAN 3 Polewali Taufik Matematika 1
131 SMAN 3 Sorong Dra. Tjitjih Soniarsih Bhs Inggris 1
132 SMAN 2 Manokwari Rusbiyanti, S.Pd Matematika 1

Jumat, 09 Juli 2010

TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Teori pertukaran sosial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terkini (belum ditinjau) Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki.
Keseluruhan artikel atau bagian tertentu dari artikel ini perlu di-wikifikasi.

Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi.[rujukan?] Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu.
Jenis hubungan yang dilakukan.
Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.[rujukan?]
Munculnya teori pertukaran sosial

Pada umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran , pengorbanan dan keuntungan . Ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi melalui adanya pengorbanan,manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan,dan persahabatan.

Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan, dan saling memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun biaya-biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau membebani ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward) yang didapatkan dari persahabatan tersebut. namun, biaya tersebut harus dipertimbangkan apabila kita menganalisa secara obyektif hubungan-hubungan transaksi yang ada dalam persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di pihak yang merasa bahwa imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan dengan biaya atau pengorbanan yang sudah diberikan.

Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisa mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisanya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.

Berbeda dengan analisa yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik. Homans lebih jauh berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.[1] Proses pertukaran sosial ini juga telah diungkapkan oleh para ahli sosial klasik. Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para ahli ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisa pasar ekonomi sebagai hasil dari kumpulan yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual yang tidak dapat dilihat besarnya. Ia mengasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukuran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.
[sunting]
Pertentangan teori pertukaran sosial individualistis dan kolektivistis

Pertentangan yang terjadi ini merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan.

Levi-Strauss merupakan seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisannya mengenai praktek perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif.[2] Suatu pola umum yang dianalisanya adalah seorang pria mengawini putri saudara ibunya. Suatu pola yang jarang terjadi adalah orang mengawini putri saudara bapaknya.[3] Pola yang terakhir ini dianalisa lebih lanjut oleh lanjut oleh Bronislaw Malinowski dengan pertukaran nonmaterial.[4]

Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange, para anggota kelompok dyad terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada generalized exchange, anggota-anggota suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna.[5] Dalam pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama proses pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang terlibat dalam pertukaran itu untuk memenuhi kebutuhan individualistisnya. Akan tetapi untuk mengungkapkan komitmen moral individu tersebut kepada kelompok. Analisa mengenai perkawinan dan perilaku kekerabatan ini merupakan sebuah kritikan terhadap penjelasan Sir James Frazer seorang ahli Antropologi Inggris yang bersifat ekonomis mengenai pola-pola pertukaran yang terjadi antara pasangan perkawinan dalam masyrakat primitif.
[sunting]
Referensi
^ George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace and Company, 1950), hlm. 38.
^ Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory. Sixth Edition. (U.S.A : Wadsworth Publishing Company, 1998), hlm. 255
^ Claude-Levi Strauss, The Elementary Structures of Kinship (Boston: Beacon Press, 1989), hlm. 143.
^ Jonathan H. Turner, Op.Cit., hlm. 252.
^ Doyle Paul Johnson, Teori Sosilogi Klasik dan Modern, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1980), hlm. 59.Jonathan H. Turner, Op.Cit., hlm. 251.
Kategori: Sosiologi

KATEGORI SOSIOLOGI


Kategori:Sosiologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel utama untuk kategori ini adalah Sosiologi. Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Sosiologi
Subkategori
Kategori ini memiliki 25 subkategori berikut, dari total 25. [+] Cabang sosiologi (1)
[Rintisan bertopik sosiologi (0)
Buku sosiologi (0)
 Demografi (7)
E   Etika sosial (2)
F    Fenomena sosial (0)
G  Gerakan sosial (1)
Heuristik (0)
[Hubungan antarpribadi (0) I
[Ideologi (6)
Isu sosial (6)
J     Jejaring sosial (1)
K   Kelas sosial (1)
 Kelompok sosial (5)
Ketimpangan sosial
(1)Komunitas (4)
Konflik (3)
Kriminologi (2)
L  LGBT (10)
Poligamis (1)
Psikologi sosial (7)
R  Rasisme (3)
S   Sosiolinguistik (2)
Sosiolog (1)
Studi media (1)
Artikel dalam kategori "Sosiologi"
Kategori ini memiliki 56 halaman, dari total 56. Sosiologi
Sosialisasi
A  Anomie
Antipositivisme
Asimilasi (sosial)
B        Biadab                                                                                                                                                                                                                  
Budaya Barat
Bujangan
C   Cinta Indonesia
Cinta Anti Korupsi
D   Definisi Sosiologi
Diferensiasi sosial
F     Fakta sosial
Femininitas
Freemasonry
G     Gender (sosial)
Gerak sosial Anthony Giddens
H   Hermafrodit
I    Integrasi sosial
K   Kekerasan
Kelas sosial NRS
Kesetaraan sosial   
Koin Keadilan
Konflik     Kontrak Sosial
Kulit putih
M    Marga
Maskulinitas
Modal sosial
N    Nilai sosial
Norma (sosiologi)
Norma agama
Norma sopan santun
Norma sosial
O    Opini publik
P\    Pacaran
Perawan
Perubahan sosial P samb.
Perubahan sosial budaya
Polemik pluralisme di Indonesia
Positivisme
Prasangka
Pribumi
Primordialisme
Proxemiks
R    Rasisme
Revolusi sosial
S    Sosiologi Profetik
Stratifikasi sosial
Subkultur
T    Templat:Kelas sosial
Teori difusi inovasi
Teori pertukaran sosial
Tubuh manusia
W  Waria
Y    Yatim piat Kategori: Ilmu sosial | Masyarakat

PERUBAHAN SOSIAL


Perubahan sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 
Terkini (belum ditinjau)

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.[1][2]Daftar isi [sembunyikan]
1 Pengertian
2 Bentuk-bentuk 
2.1 Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi 
2.1.1 Perubahan evolusi
2.1.2 Perubahan revolusi
2.2 Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan 
2.2.1 Perubahan yang direncanakan
2.2.2 Perubahan yang tidak direncanakan
2.3 Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil 
2.3.1 Perubahan berpengaruh besar
2.3.2 Perubahan berpengaruh kecil
3 Notes

Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : [3]
Kingsley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat[1]
William F. Ogburn: perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.[1]
Mac Iver: perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.[1]
Gillin dan Gillin: perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.[1]

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:[4]
Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi

Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi. [1]

Perubahan evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.[5] Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.[1] Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu.[1] Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu[6]:
Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

Perubahan revolusi

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.[7] Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.[7] Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.[7]

Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.[1] Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah[1]:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.[1]
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.[1]
Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.[1
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi apat gagal.[1]

Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan

Perubahan yang direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.[1][8] Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.[1] Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan [[pengawasan agent of change.[1] Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian]] anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).[1]
[sunting]
Perubahan yang tidak direncanakan

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat.[1] Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat.[1] Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.[1] Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.[1] Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.[1]
[sunting]
Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil

Apa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut dapat kamu ikuti penjabarannya berikut ini[1].

Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya per- ubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat.[1] Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi.[1] Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.[1]

Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.[1] Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.[1]

Notes
^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36
^ Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, 1974, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hlm. 23
^ Hooguelt, Ankle MM, 1995 Sosiologi Sedang Berkembang, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Hlm. 56
^ Robert M.Z. Lawang,1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 4–6, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Hlm. 79
^ Andrian, Charles F, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana. Hlm. 34
^ Soekanto, Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press. Hlm.18
^ a b c Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung, Bina Cipta. Hlm. 28
^ Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi,. Ibid. Hlm. 25
Kategori: Sosiologi

GERAK SOSIAL


Gerak sosial

Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility)Daftar isi [sembunyikan]
1 Pengertian
1.1 Definisi
1.2 Cara untuk melakukan mobilitas sosial
1.3 Faktor penghambat mobilitas sosial
2 Beberapa bentuk mobilitas sosial
2.1 Mobilitas sosial horizontal
2.2 Mobilitas sosial vertikal
2.2.1 Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
2.2.2 Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
2.3 Mobilitas antargenerasi
2.4 Mobilitas intragenerasi
2.5 Gerak sosial geografis
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
4 Saluran-saluran mobilitas sosial
5 Dampak mobilitas sosial
5.1 Dampak negatif
5.2 Dampak positif
6 Lihat pula

[sunting]
Pengertian
[sunting]
Definisi

Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.

Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
[sunting]
Cara untuk melakukan mobilitas sosial

Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
Perubahan standar hidup

Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.

Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Perkawinan

Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.

Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
Perubahan tempat tinggal

Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
Perubahan tingkah laku

Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.

Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
Perubahan nama

Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.

Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"

Faktor penghambat mobilitas sosial

Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :

Nelson Mandela, pejuang persamaan hak kulit hitam di Afrika selatan
Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.

Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.

Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.

Beberapa bentuk mobilitas sosial

Mobilitas sosial horizontal

Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.

Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
[sunting]
Mobilitas sosial vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)

Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama
Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.

Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.

Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.

Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)

Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.

Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

Mobilitas antargenerasi

Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.

Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

Mobilitas intragenerasi

Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi.

Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.

Gerak sosial geografis

Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial

Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
Perubahan kondisi sosial

Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Ekspansi teritorial dan gerak populasi

Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
Komunikasi yang bebas

Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
Pembagian kerja

Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda

Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
Kemudahan dalam akses pendidikan

Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
[sunting]
Saluran-saluran mobilitas sosial
Angkatan bersenjata

Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial

Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
Lembaga-lembaga keagamaan

Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
Lembaga pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
Organisasi politik

Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.


Organisasi ekonomi

Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
Organisasi keahlian

Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
Perkawinan

Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
[sunting]
Dampak mobilitas sosial

Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.

Dampak negatif
Konflik antarkelas

Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.

Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
Konflik antarkelompok sosial

Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.

Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.
Konflik antargenerasi

Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.

Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Penyesuaian kembali

Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.

Dampak positif
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.

Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.

Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
[sunting]
Lihat pula
Masyarakat
Interseksi
Kategori: Sosiologi


ANTIGLOBALISASI


Antiglobalisasi 

adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.

Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.Daftar isi [sembunyikan]
1 Ideologi dan tema perjuangan dalam gerakan ini
1.1 Oposisi terhadap lembaga keuangan internasional dan perusahaan transnasional
1.2 Antiglobalisasi sebagai Antineoliberalisme
1.3 Pengembangan "antiperang"
1.4 Ketepatan istilah
1.5 Pengaruh gerakan antiglobalisasi
2 Organisasi
3 Demonstrasi dan Pertemuan
3.1 J18
3.2 Seattle/N30
3.3 Reaksi penegak hukum
3.4 Genoa
3.5 Gleneagles
3.6 Jerman
3.7 Hong Kong
3.8 Jakarta
3.9 Batam
3.10 Forum-forum sosial internasional
4 Pengaruh bagi negara-negara berkembang
5 Mobilisasi
6 Pranala luar

[sunting]
Ideologi dan tema perjuangan dalam gerakan ini


Gerakan antiglobalisasi berkembang pada akhir abad ke-20 untuk melawan globalisasi aktivitas ekonomi korporasi dan perdagangan bebas dengan negara-negara berkembang yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas tersebut.

Para anggota gerakan anti-globalisasi ini biasanya mendukung alternatif-alternatif sosialis atau sosial demokrat terhadap ekonomi kapitalis, dan berusaha melindungi penduduk dunia dan lingkungan hidup dari apa yang mereka yakini sebagai dampak globalisasi yang merusak. Dukungan untuk LSM hak asasi manusia adalah batu penjuru yang lain dari agenda gerakan anti-globalisasi. Mereka mendukung hak-hak buruh, gerakan untuk pelestarian lingkungan hidup, feminisme, kebebasan untuk migrasi, pelestarian budaya masyarakat adat, keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya, keamanan makanan, dan mengakhiri atau memperbarui kapitalisme. Banyak dari para penentang antiglobalisasi ini adalah veteran dalam kampanye-kampanye dengan tema tunggal, termasuk aktivis anti penebangan liar, upah yang layak, mengorganisasi serikat buruh, dan kampanye anti-pabrik garmen biaya rendah. Meskipun kebanyakan anggota gerakan menganggap kebanyakan atau semua tujuan yang disebut di atas saling melengkapi yang lainnya, sejumlah masalah (dan kadang-kadang masalah yang kontradiktif) telah membangkitkan kritik bahwa gerakan ini tidak memiliki tema perjuangan yang konsisten, utuh, atau realistik.

Meskipun para pendukung gerakan ini sering bekerja bersama-sama, gerakan itu sendiri heterogen. Ia mencakup pemahaman yang berbeda-beda dan kadang-kadang malah saling berlawanan tentang proses globalisas, dan memadukan visi-visi, strategi, dan taktik alternatif. Banyak dari kelompok dan organisasi ini yang dianggap sebagaib agian dari gerakan ini tidak dibentuk sebagai antiglobalis, tetapi mempunyai akar dalam berbagai gerakan-gerakan sosial dan politk yang telah ada sebelumnya (kecuali mungkin ATTAC). Pendahulu gerakan antiglobalisasi ini adalah gerakan 1968 di Eropa dan protes melawan Perang Vietnam di Amerika Serikat. Gerakan antiglobalisasi seperti yang dikenal sekarang berasal dari bertemunya berbagai pengalaman politik ini ketika para anggotanya mulai melakukan unjuk rasa bersama pada pertemuan-pertemuan internasional seperti pertemuan WTO 1999 di Seattle atau Pertemuan Puncak Genoa G/8
[sunting]
Oposisi terhadap lembaga keuangan internasional dan perusahaan transnasional


Pada umumnya, para pengunjuk rasa percaya bahwa lembaga-lembaga keuangan internasional dan perjanjian-perjanjian internasional merusakkan metode-metode pengambilan keputusan lokal. Banyak pemerintah dan lembaga-lembaga perdagangan bebas yang dilihat bertindak untuk kebaikan perusahaan-perusahaan transnasional (atau multinasional) (misalnya Microsoft dan Monsanto). Perusahaan-perusahaan ini dianggap mempunyai hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia: bergerak bebas melintasi perbatasan, menggali sumber-sumber alam yang diingini, dan memanfaatkan keanekaragaman sumber-sumber manusia. Mereka dianggap mampu bergerak terus setelah melakukan kerusakan yang permanen terhadap modal alam dan keanekaragaman hayati suatu negara, dalam cara yang tidak mungkin dilakukan oleh warganegara di tempat itu. Para aktivis juga mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan itu memaksakan suatu "monokultur global". Karenanya, tujuan bersama dari sebagian gerakan itu adalah mengakhiri status hukum perusahaan-perusahaan itu sebagai subyek hukum dan pembubaran atau pembaruan dramatis atas Bank Dunia, IMF, dan WTO.

Para aktivis secara khusus menggugat apa yang mereka lihat sebagai "penyalahgunaan globalisasi" dan institusi-institusi internasional yang dirasa mempromosikan neoliberalisme tanpa rasa hormat terhadap standart adat. Target umum meliputi Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta perjanjian "pasar bebas" seperti NAFTA, FTAA, Multilateral Agreement on Investment (MAI) dan GATS. Mengingat kesenjangan ekonomi antara negara-negara kaya dan miskin, penganut gerakan ini mengklaim bahwa "pasar bebas" sesungguhnya akan menyebabkan bertambahnya kekuasaan negara-negara industri (sering diistilahkan sebagai "Utara" sebagai tandingan "Selatan" yang terdiri atas negara-negara berkembang).

Para aktivis juga sering menentang aliansi bisnis seperti Forum Ekonomi Dunia (WEF), Trans Atlantic Business Dialogue (TABD) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), maupun pemerintah-pemerintah yang mempromosikan persetujuan-persetujuan atau institusi-institusi seperti itu. Yang lainnya berpendapat bahwa, jika perbatasan dibuka bagi modal, perbatasan pun harus dibuka dengan cara yang sama untuk memungkinkan para migran dan pengungsi secara bebas serta berpindah-pindah dan memilih tempat tinggalnya. Para aktivis seperti ini cenderung menjadikan sasaran organisasi-orgasisasi seperti International Organization for Migration dan Schengen Information System.

Terkadang ada juga argumentasi bahwa AS mempunyai keuntungan khusus dalam ekonomi global karena hegemoni dolar. Klaim ini menyatakan bahwa dominasi dolar bukanlah semata-mata konsekuensi dari keunggulan ekonomi AS. Sejarahwan globalisasi mengakui bahwa dominasi dolar juga didapat melalui kesepakatan politis seperti Bretton Woods System dan pedagangan minyak OPEC hanya dalam dolar, setelah AS meninggalkan standar emas dan menggantikannya dengan dollar.
[sunting]
Antiglobalisasi sebagai Antineoliberalisme

Banyak pihak melihat gerakan ini sebagai tanggapan kritis terhadap pengembangan neoliberalisme, yang secara luas dianggap telah dimulai oleh kebijakan Margaret Thatcher dan Ronald Reagan menuju kapitalisme laissez faire pada tingkat global dengan mengembangkan privatisasi ekonomi negara-negara dan melemahkan peraturan perdagangan dan bisnis. Para penganjur neoliberal berpendapat bahwa peningkatan perdagangan bebas dan pengurangan sektor publik akan membawa manfaat bagi negara-negara miskin dan kepada orang-orang yang miskin di negara-negara kaya. Kebanyakan pendukung antiglobalisasi sangat tidak sependapat, dan menambahkan bahwa kebijakan neoliberal dapat menyebabkan hilangnya kedaulatan lembaga-lembaga demokratis.
[sunting]
Pengembangan "antiperang"

Pada 2003, banyak bagian dari gerakan ini yang menunjukkan perlawanan luas terhadap perang Irak 2003. Banyak dari mereka bergabung dengan sekitar 10 juta atau lebih pengunjuk rasa dalam protes global anti perang Irak pada akhir pekan tanggal 15 Februari. Sebuah editorial New York Times menyebutnya sebagai "adikuasa kedua dunia". Pertemuan pencinta damai lainnya telah diorganisir gerakan antiglobalisasi dalam cara yang sama. Misalnya demonstrasi besar anti perang Irak yang terjadi di Forum Sosial Eropa pada November 2002 di Florence, Italia.

Kaum militan anti-globalisasi kuatir akan berfungsinya lemaga-lembaga demokratis sebagaimana mestinya, ketika para pemimpin dari banyak negara-negara demokratis (Spanyol, Italia, Polandia) bertindak melawan keinginan mayoritas rakyat mereka dengan mendukung peperangan. Noam Chomsky memaparkan bahwa para pemimpin ini "menghina demokrasi". Para pengkritik argumentasi seperti ini cenderung menunjuk bahwa ini adalah kritik yang lazim dalam demokrasi perwakilan — suatu pemerintahan yang terpilih tidak akan selalu bertindak searah dengan pendukung publik terbesar — dan karena itu, posisi para pemimpin itu tidak berarti tidak konsisten, karena memang negara-negara ini menganut sistem demokrasi parlementer.

Dalam pandangan banyak orang di dalam gerakan ini, isu-isu ekonomi erat terkait dengan isu-isu militer.
[sunting]
Ketepatan istilah

Banyak pihak mempertimbangkan istilah "antiglobalisasi" tidak tepat, dan istilah itu telah digunakan untuk kritik yang tidak akurat bagi gerakan ini. Misalnya, mereka mengatakan istilah ini menyiratkan suatu perspektif negatif bahwa gerakan ini hanya membela proteksionisme atau bahkan nasionalisme. Kenyataannya, demikian kata mereka, gerakan ini sesungguhnya secara sadar bersifat internasionalis, mengorganisir serentak dan memihak orang-orang tertindas di seluruh dunia. Satu unsur yang ikut membentuk gerakan ini adalah Jaringan Tanpa Perbatasan, yang berjuang untuk migrasi yang tidak terbatas dan penghapusan semua perbatasan nasional.

Sementara istilah "antiglobalisasi" muncul dari perlawanan gerakan ini terhadap perjanjian-perjanjian pasar bebas (yang sering dianggap sebagai bagian dari apa yang disebut "globalisasi"), banyak peserta yang berpendapat bahwa mereka menentang hanya aspek-aspek tertentu saja dari globalisasi dan sebaliknya menyebut diri mereka sebagai "anti-kapitalis", "antiplutokrasi", atau "antikorporasi".

Dua pendekatan utama untuk mendapatkan sebuah istilah umum bagi gerakan ini dapat dibedakan menjadi: gerakan yang dapat digambarkan sebagai antiglobalis atau regionalis, atau gerakan yang memeluk beberapa aspek globalisasi (seperti pertukaran informasi antar budaya atau pengurangan peran negara kebangsaan) sementara menolak yang lainnya (misalnya ekonomi neoliberal).

Sementara pendukung kedua pendekatan itu sering beerja sama dan menjadi sebuah reaksi terhadap fenomena yang sama, perbedaan mereka bisa jadi lebih besar dari landasan bersama mereka. Pendekatan gerakan yang pertama dapat digambarkan sebagai antiglobalis total (pada umumnya termasuk apa yang dianggap sebagai "Amerikanisasi" kebudayaan), sementara pendekatan yang kedua lebih tepat disebut "kritikus globalisasi". Namun pada prakteknya, tidak ada batasan yang jelas antara kedua pendekatan ini, dan istilah "anti globalisasi" sering digunakan tanpa peduli terhadap perbedaan-perbedaan dari keduanya.

Keprihatinan lain dari sejumlah aktivis tentang istilah "antiglobalisasi" adalah bahwa istilah itu tidak membedakan posisi mereka dari perlawanan yang bersifat nasionalis semata-mata terhadap globalisasi. Banyak gerakan nasionalis seperti Front Nasional Perancis yang juga menentang globalisasi, tapi berpendapat bahwa alternatif bagi globalisasi adalah perlindungan terhadap negara kebangsaan, kadang-kadang dengan pengertian-pengertian yang jelas-jelas rasis atau fasis. Beberapa kelompok fasis yang dipengaruhi oleh Posisi Ketiga telah berusaha menyesuaikan pesan mereka agar memikat gerakan antiglobalisasi. Namun gerakan ekstrem kanan ini ditolak mentah-mentah oleh gerakan antiglobalisasi, ditandai dengan Peoples Global Action yang dengan tegas menolak rasisme, dan banyak di dalam gerakan yang juga aktif dalam kelompok anti-fasis seperti ANTIFA.
[sunting]
Pengaruh gerakan antiglobalisasi

Beberapa tulisan kritis yang berpengaruh telah mengilhami gerakan antiglobalisasi. No Logo, buku karangan wartawan Kanada, Naomi Klein, yang mengkritik praktek produksi perusahaan-perusahaan multinasional dan kehadiran pemasarannya yang didorong oleh merek dimana-mana dalam budaya populer, telah menjadi sebuah "manifesto" dari gerakan ini, menyajikan dalam cara yang sederhana tema-tema yang dengan lebih akurat telah dikembangkan dalam tulisan-tulisan yang lain. Di India, beberapa acuan intelektual dari gerakan ini dapat ditemukan pada tulisan-tulisan Vandhana Shiva, seorang ahli lingkungan hidup dan feminis, yang dalam bukunya Biopiracy mendokumentasikan bagaimana kapital alam masyarakat pribumi dan ecoregion telah diubah ke dalam bentuk-bentuk kapital intelektual, yang kemudian diakui sebagai properti komersial tanpa membagikan manfaat pribadi yang telah diperolehnya dengan asalnya. Penulis Arundhati Roy terkenal dengan aktivitas dan posisi anti-nuklirnya menentang proyek bendungan pembangkit tenaga listrik raksasa di India yang disponsori oleh Bank Dunia. Di Perancis majalah bulanan terkenal Le Monde Diplomatique mendukung perjuangan anti-globalisasi dan sebuah editorial yang dituliso oleh salah seorang direkturnya, Ignacio Ramonet menghasilkan dasar bagi pembentukan ATTAC. Tulisan-tulisan dari Jean Ziegler dan Immanuel Wallerstein memberikan rincian mengenai keterbelakangan dan ketergantungan dunia yang dikuasai oleh sistem kapitalis. Tradisi pasifis dan anti-imperialis sudah betul-betul mempengaruhi gerakan ini. Para pengecam kebijakan luar negeri AS seperti Noam Chomsky, dan almarhumah Susan Sontag, serta perusak komputer anti-globalis The Yes Men telah secara luas diterima di dalam gerakan.

Walaupun mereka mungkin tidak menyebut diri mereka sebagai antiglobalis dan kenyataannya adalah pro-kapitalisme, beberapa ekonom yang tidak sepakat dengan pendekatan neoliberal terhadap lembaga-lembaga ekonomi internasional sudah sangat mempengaruhi gerakan ini. Development as Freedom karangan Amartya Sen (pemenang penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi) berpendapat bahwa pembangunan negara dunia ketiga harus dipahami sebagai perluasan kemampuan manusia, bukan semata-mata sebagai peningkatan pendapatan perkapita nasional, dan oleh sebab itu memerlukan kebijakan-kebijakan yang juga mempertimbangkan kesehatan dan pendidikan, tidak hanya PDB. Usul penerima Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi, James Tobin, untuk mengenakan pajak terhadap transaksi finansial (kemudian dikenal dengan Pajak Tobin) telah menjadi bagian dari agenda gerakan.

George Soros, Joseph E. Stiglitz (peraih Nobel lainnya, pernah menjabat di Bank Dunia, penulis Globalization and Its Discontents) dan David Korten telah membuat argumen untuk meningkatkan transparansi secara drastis, untuk penghapusan utang, reformasi agraria, dan restrukturisasi sistem pertanggung jawaban perusahaan. Sumbangan Korten dan Stiglitz terhadap gerakan ini termasuk ikut serta dalam aksi langsung dan protes jalanan.

Beberapa negara Katolik Roma seperti Italia dirasakan pula pengaruh peranan agama, terutama dari para misionaris yang lama tinggal di Dunia Ketiga (yang paling terkenal adalah Alex Zanotelli). Pertemuan antara tradisi ini dan tradisi pasca-komunis sering dirasa aneh, tetapi tidak sepenuhnya berselisih.

Sumber internet dan situs web yang memberikan informasi bebas, seperti Indymedia, adalah sarana penyebaran gagasan bagi gerakan ini. Kumpulan materi-materi yang luas tentang gerakan spiritual, anarkisme, sosialisme libertarian, dan Gerakan Hijau yang sekarang tersedia di internet mungkin lebih berpengaruh daripada buku cetakan. Tulisan-tulisan Arundhati Roy, Starhawk, dan John Zerzan, khususnya, yang mulanya tidak dikenal, telah mengilhami kritik yang membela feminisme, proses konsensus dan pemisahan diri politik.
[sunting]
Organisasi

Walaupun tahun-tahun sebelumnya penekanan lebih telah diberikan untuk alternatif kontruksi akar rumput bagi globalisasi (kapitalis), gerakan ini semakin besar dan terbuka dalam mengorganisir massa pendukung dengan kampanye luas untuk aksi-aksi langsung dan pembangkangan sipil. Model pengorganisiran seperti ini, terkadang dibawah jaringan Peoples' Global Action, berusaha menyatukan berbagai kasus berbeda untuk bergabung bersama dalam satu perjuangan global.

Dalam beberapa hal, proses pengorganisiran dapat menjadi lebih penting bagi para aktivis, dibandingkan dengan gol atau pencapaian bagi komponen-komponen dalam gerakan.

Pada pertemuan-pertemuan korporasi, tujuan yang dinyatakan oleh kebanyakan demonstran adalah untuk menghentikan cara-cara bekerja korporasi. Walaupun demonstrasi jarang sekali berhasil lebih dari menunda atau mengganggu pertemuan-pertemuan itu, hal ini memotivasi mobilisasi dan memberikan mereka sebuah pandangan tujuan jangka pendek. Walau tidak didukung oleh banyak pihak di gerakan, bentrokan tetap terjadi di Genoa, Seattle, dan London dan kerusakan yang besar dapat terjadi di wilayah tersebut, terutama target "kapitalis" seperti restoran McDonalds.

Karena tidak adanya badan resmi yang mengkoordinir, justru gerakan ini berhasil melaksanakan protes-protes besar dalam sebuah basis global, menggunakan teknologi informasi untuk menyebarkan informasi dan mengatur gerakan. Pengunjuk rasa mengatur diri mereka sendiri dalam "kelompok kecil" (affinity groups), dengan ciri khas sebagai kelompok-kelompok tanpa hirarki dengan orang-orang dekat dan berbagi suatu tujuan politis umum. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian akan mengirimkan wakilnya ke pertemuan perencanaan. Bagaimanapun juga, karena kelompok-kelompok kecil ini masik dapat disusupi aparat intelijen, rencana yang penting dari aksi protes sering tidak dibuat sampai menit terakhir. Salah satu taktik yang umum digunakan dalam aksi protes adalah memecah dengan kesadaran untuk melawan hukum. Ini dirancang, dengan berbagai keberhasilan, untuk melindungi risiko secara fisik dan ancaman hukum akibat konfrontasi dengan aparat.

Sebagai contoh, di Praha sepanjang protes anti IMF dan World Bank pada September 2000, pengunjuk rasa memecah menjadi tiga kelompok yang terpisah, mendekata pusat konferensi dari tiga penjuru: satu dengan berbagai bentuk pembangkangan sipil (pawai gerakan Kuning), satu (pawai gerakan Pink/Silver) dengan "tactical frivolity" (kostum, tarian, teater, musik, dan seni) dan satu lagi (gerakan Biru) tergabung dalam konflik kekerasan dengan polisi yang dipersenjatai, dimana pengunjuk rasa melemparkan batu-batu kerikil yang didapat dari jalanan. [1]

Demonstrasi-demonstrasi ini tumbuh menjadi sebuah masyarakat kecil. Banyak pengunjuk rasa mengambil pelatihan pertolongan pertama dan bertindak sebagai medis bagi pengunjuk rasa lainnya yang terluka. Beberapa organisasi seperti National Lawyer's Guild dan ACLU menyediakan bantuan hukum bila terjadi konfrontasi dengan aparat. Pengunjuk rasa mengaku bahwa media-media massa besar tidak sungguh-sungguh melakukan liputan, oleh karena itu, sebagian dari mereka kemudian mendirikan Independent Media Center, sebuah kolektif pengunjuk rasa yang dapat meliput berita saat aksi sedang berlangsung.
[sunting]
Demonstrasi dan Pertemuan
[sunting]
J18

Salah satu protes Antiglobalisasi berskala internasional pertama yang diorganisir di belasan kota di seluruh dunia pada 18 Juni 1999, terutama London, Inggris dan Eugene, Oregon. Protes di Eugene, Oregon berubah menjadi kekacauan ketika kelompok anarkis lokal menggiring polisi keluar dari sebuah taman kecil. Seorang anarkis, Robert Thaxton ditangkap dan dihukum karena melemparkan batu ke arah polisi.
[sunting]
Seattle/N30
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pertemuan WTO 1999

Mobilisasi besar yang kedua dari gerakan ini, dikenal sebagai N30, terjadi pada 30 November 1999, ketika para pengunjuk rasa menutup pintu masuk delegasi menuju pertemuan WTO di Seattle, Amerika Serikat. Pengunjuk rasa memaksakan pembatalan upacara pembukaan dan terus bertahan sepanjang pertemuan sampai 3 Desember. Sebuah aksi besar diijinkan, dilakukan oleh anggota AFL-CIO, dan aksi besar lainnya yang tanpa ijin terbagi dalam berbagai kelompok. Para pengunjuk rasa dan polisi anti huru-hara Seattle bentrok di jalan-jalan setelah polisi menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa yang menutup jalan. Lebih dari 600 pengunjuk rasa telah ditangkap dan puluhan terluka.

Tiga orang polisi terluka oleh tembakan sesama polisi, dan satu orang terkena lemparan batu. Kaum anarkhis Black Bloc menghancurkan jendela toko dari bisnis yang dimiliki atau yang merupakan waralaba dari perusahaan-perusahaan sasaran seperti sebuah toko besar Nike dan beberapa jendela Starbucks. Walikota kemudian menempatkan kota besar itu dalam apa yang setara dengan undang-undang darurat dan mengumumkan jam malam. Sejak 2002, kota Seattle telah membayar lebih dari $200.000 dalam penyelesaian tuntutan perkara terhadap Departemen Polisi Seattle untuk penyerangan dan penangkapan yang tidak sah, dengan suatu tuntutan class action yang masih menunggu keputusan.
[sunting]
Reaksi penegak hukum

Meskipun polisi setempat terpana oleh besarnya N30, para penegak hukum telah bereaksi di seluruh dunia untuk mencegah gangguan terhadap peristiwa-peristiwa di masa depan dengan berbagai taktik, termasuk dengan mengerahkan jumlah yang sangat besar, perembesan ke dalam kelompok-kelompok untuk mengetahui rencana-rencana mereka, dan persiapan-persiapan untuk menggunakan kekerasan untuk menyingkirkan para demonstran.

Di sejumlah tempat demonstrasi, polisi telah menggunakan gas air mata, semprotan cabe, granat yang menyebabkan gegar otak, peluru karet dan kayu, tongkat malam, meriam air, anjing, kuda, dan sesekali peluru hidup untuk mengusir para pengunjuk rasa. Setelah protes November 2000 G-8 di Montreal, di mana sejumlah demonstran dipukuli, diinjak-injak, dan ditangkap dalam apa yang dimaksudkan sebagai pesta unjuk rasa, diperkenalkanlah taktik memilah-milah para pemrotes menjadi zona-zona "hijau" (diizinkan), "kuning" (resminya tidak diizikan tetapi dengan sedikit konfrontasi dan risiko kecil ditangkap), dan "merah" (melibatkan konfrontasi langsung).

Di Quebec City, para pejabat pemerintah kota membangun dinding setinggi 3 m lebih di sekitar bagian kota tempat berlangsungnya Pertemuan Puncak Negara-negara Amerika. Hanya penghuni, delegasi ke pertemuan itu, dan beberapa wartawan yang terakreditasi yang boleh melewatinya. Meskipun polisi mengklaim bahwa unsur-unsur kekerasan di antara para demonstran harus dihadapi dengan tegas, mereka konon menembakkan gas air mata dan peluru karet dengan sembarangan, membubarkan kelompok-kelompok damai dan bahkan tim-tim medis yang membantu mereka yang terluka. Diklaim pula bahwa mereka melemparkan gas air mata ke daerah-daerah yang tidak terlibat dalam protes itu, menembakkan dari puncak gunung tempat berlangsungnya konfrontasi ke kota di bawahnya.
[sunting]
Genoa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Protes KTT G8 Genoa

Protes KTT G8 di Genoa pada 18 Juli hingga 22 Juli 2001 adalah salah satu protes yang paling berdarah dalam sejarah terbaru Eropa Barat, terbukti dengan terbunuhnya seorang pemuda penduduk Genoa bernama Carlo Giuliani saat demonstrasi dan dirawatnya beberapa pengunjuk rasa di rumah sakit. Setelah itu polisi dituduh brutal, menyiksa, dan menindak terlalu jauh terhadap aksi damai. Beberapa ratus demonstran dan polisi terluka dan ratusan lainnya ditangkap selama hari-hari pertemuan G8; kebanyakan dari mereka yang ditangkap kemudian didakwa dengan pasal "asosiasi kriminal" di bawah undang-undang Anti-Mafia Italia dan Anti-Teroris . Sebagai bagian dari lanjutan penyelidikan, polisi kemudian menggerebek pusat sosial, pusat media, gedung-gedung serikat buruh, dan kantor hukum terus berlanjut di seluruh Italia sejak pertemuan puncak G8 di Genoa. Banyak petugas polisi atau pejabat terkait yang hadir di Genoa sepanjang pertemuan puncak G8, yang kini disediliki oleh hakim Italia, dan beberapa di antara mereka mengundurkan diri. Sejak itu, beberapa orang telah mengakui bahwa mereka menempatkan sejumlah bom Molotov untuk mengesahkan penggerebekan Sekolah Diaz, serta melaporkan berita bohong tentang penikaman atas seorang polisi untuk menyudutkan para aktivis [2].
[sunting]
Gleneagles

Aksi anti G8
Artikel utama untuk bagian ini adalah: KTT G8 ke-31

Di seluruh Skotlandia, berbagai macam organisasi seperti jaringan akar rumput Dissent dan koalisi konservatif besar "make poverty history" melakukan protes menentang pertemuan G8 yang ke 31, yang berlangsung di Gleneagles pada 2 Juli hingga 8 Juli 2005.

Protes dimulai akhir pekan sebelumnya dengan demonstrasi Make Poverty History di Edinburgh dengan sekitar 200.000 orang yang memakai t-shirts putih. Keesokan harinya, juga terjadi demonstrasi di Glasgow dengan tema Make Borders History yang menyoroti racist asylum dan politik imigrasi negara-negara G8 dan negara lain yang menutup perbatasan mereka bagi orang-orang yang ingin melepaskan diri dari kemiskinan dan penyiksaan politis, dan ini menjadi awal dari tiga konferensi tandingan di Edinburgh.

Hari-hari berikutnya para pengunjuk rasa menduduki gerbang Faslane, kompleks kapal selam nuklir, karnaval di Edinburg, demonstrasi di Penjara Dungavel, dan ribuan pengunjuk rasa berusaha mendekati lokasi pertemuan di Gleneagles Hotel. [3]

Bob Geldof mengadakan konser Live 8, mengingatkan para pemimpin negara G8 dengan mengangkat tema Make Poverty History.
[sunting]
Jerman
Artikel utama untuk bagian ini adalah: KTT G8 ke-33
[sunting]
Hong Kong

Aksi anti WTO di Hong Kong
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konferensi Tingkat Menteri WTO 2005

Konferensi Tingkat Menteri ke-6 WTO berlangsung pada 13-18 Desember 2005 di Hong Kong. Negosisai berlanjut pada titik-titik isu kontroversial seputar pertanian, jasa, dan akses pasar bagi industri barang dan sumber daya alam.

Ribuan pengunjuk rasa yang diorganisir oleh Hong Kong People’s Alliance on WTO berpusat di Victoria Park. Aksi protes pada konferensi kali ini ternyata adalah rentetan protes yang paling dapat mendekati lokasi pertemuan sepanjang sejarah konferensi WTO. Polisi menggunakan cairan merica dan gas air mata untuk mencegah pengunjuk rasa mendobrak membuka jalan menuju lokasi konferensi WTO, Hong Kong Convention and Exhibition Centre. Setelah rententan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi, pada 18 Desember lebih dari 1.000 pengunjuk rasa, mayoritas dari petani Korea Selatan, ditangkap dan puluhan lainnya terluka. [4]

Petani, buruh migran, dan aktivis dari Indonesia turut serta dalam rentetan aksi ini. 22 orang pengunjuk rasa dari Indonesia juga sempat ditangkap dan ditahan.
[sunting]
Jakarta

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) bersama dengan La Via Campesina mengadakan "Konferensi Rakyat Asia Pasifik untuk Beras dan Kedaulatan Pangan" (The Asia-Pacific People’s Conference on Rice and Food Sovereignty) yang diselenggarakan di Jakarta, 14 hingga 18 Mei 2006, bersamaan dengan "FAO Regional Conference for Asia and the Pacific" yang juga berlangsung di Jakarta.

Konferensi selama lima hari ini bertujuan terutama untuk menekan FAO agar mengadopsi konsep kedaulatan pangan, menekan pemerintah untuk tidak melakukan impor beras, dan menyebarkan informasi secara luas mengenai dampak buruk liberalisasi perdagangan pertanian melalui GATT dan WTO. Konferensi ini juga akan membahas tuntas mengenai konsep alternatif dari petani, yakni kedaulatan pangan (food sovereignty) yang merupakan konsep yang berpihak kepada petani, dan bukan pada pedagang dan korporasi.

Konferensi rakyat ini dihadiri oleh 10 organisasi petani anggota La Via Campesina dari 9 negara di Asia Pasifik, 12 serikat petani anggota FSPI dari 12 propinsi di Indonesia, dan LSM Internasional. Mereka yang hadir antara lain, organisasi petani dari Filipina (Paragos dan KMP), Thailand (AOP), Korea Selatan (KPL dan KWPA), Jepang (Nouminren), India (KKRS), Srilangka (Monlar), Nepal (ANPA), Banglades (BKF), Amerika Serikat NCFFC), Indonesia (FSPI), Timor Leste (Hasatil) dan Vietnam (VNFU). [5] [6] [7]

Hadir pula Front Mahasiswa Nasional(FMN) yang berwatak demokrasi nasional. Tergabung dalam International Leagues People Struggle(ILPS) yang bersifat Global. FMN sendiri mempunyai garis anti Imperialisme, anti Feodalisme, dan anti Kapitalis Birokrat. FMN lahir pada tahun 2003 yang isinya berupa gabungan beberapa organisasi dari seluruh wilayah dan daerah diIndonesia. Pada Tahun 2006, FMN melaksanakan Kongres II diBandung.
[sunting]
Batam

Berbarengan dengan pertemuan IMF dan Bank Dunia di Singapura, di Batam dilangsungkan "International Peoples Forum vs the IMF & World Bank" [8] [9] yang dihadiri oleh LSM dari berbagai negara pada 15-17 September 2006. Pertemuan ini akan membahas berbagai persoalan global, mulai dari kebijakan Bank Dunia IMF terhadap negara ketiga. Juga membahas berbagai isu sosial yang merebak di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Pada pembukaan pertemuan itu 15 September 2006, diisi dengan pembicara Walden Bello dan Kwik Kian Gie. Walden Bello merupakan pengamat ekonomi internasional yang dikenal dengan sikapnya yang kritis terhadap berbagai kebijakan Bank Dunia, WTO dan IMF terhadap negara ketiga. Seluruh rangkaian rencananya akan berpusat di kompleks Asrama Haji Batam Centre. [10] [11] [12] [13]
[sunting]
Forum-forum sosial internasional

Lihat artikel penting: Forum Sosial Dunia, Forum Sosial Eropa, Forum Sosial Asia

Rencana penting pertemuan antiglobalisasi militan telah terwujud dalam Forum Sosial Dunia (WSF). WSF yang pertama merupakan suatu prakarsa pemerintah Porto Alegre di Brasil. Semboyan Forum Sosial Dunia adalah "Another World Is Possible". Di sinilah Charter of Principles dari WSF telah diadopsi untuk menjadi kerangka bagi forum-forum.

WSF menjadi suatu pertemuan berkala: pada 2002 dan 2003 diselenggarakan kembali di Porto Alegre dan menjadi suatu titik pertemuan bagi protes di seluruh dunia melawan invasi Amerika ke Irak. Pada 2004 pertemuan berpindah ke Mumbai (dahulu dikenal dengan Bombay, di India), agar menjadikan pertemuan ini semakin mudah diakses oleh populasi dari Asia dan Afrika. Pertemuan terakhir ini dihadiri oleh 75.000 delegasi.

Pada waktu bersamaan, forum-forum regional terselenggara dengan mencontoh WSF, mengadopsi Charter of Principles. Forum Sosial Eropa (ESF) pertama diselenggarakan pada November 2002 di Florence. Semboyannya adalah "Melawan perang, melawan rasisme dan melawan neoliberalisme". Tercatat keikutsertaan 60.000 delegasi dan diakhiri dengan suatu demonstrasi anti perang yang sangat besar (melibatkan 1.000.000 orang, menurut organisator). Dua pelaksanaan ESF lainnya mengambil tempat di Paris dan London, berturut-turut pada 2003 dan 2004.

Baru-Baru ini telah ada beberapa diskusi di balik gerakan tentang peran forum-forum sosial itu. Beberapa pihak melihatnya sebagai sebuah "universitas rakyat", suatu kesempatan untuk membuat banyak orang sadar akan permasalahan globalisasi. Yang lainnya lebih suka bila delegasi memusatkan perhatian pada usaha mereka untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi gerakan serta merencanakan kampanye baru.
[sunting]
Pengaruh bagi negara-negara berkembang

Sebagian orang mengklaim bahwa di negara-negara maju umumnya yang memiliki tradisi yang kuat dalam kebebasan berpendapat, pengendalian atas polisi, hak-hak sipil, dan penegakan hukum, terjadi mobilisasi besar-besaran. Di negara-negaraini, salah satu tujuannya adalah membuktikan bahwa para pengunjuk rasa ini lebih dapat mengatur dirinya dibandingkan apabila mereka dikendalikan dengan kekerasan. Pada 15 Maret 2002 di Barcelona, 250.000 orang "mengadakan kerusuhan" selama beberapa hari tanpa menimbulkan cedera kepada siapapun pada kedua belah pihak. Dibandingkan kerusuhan sepak bola yang sering terjadi di Eropa, cedera yang terjadi jauh lebih sedikit. Namun demikian beberapa kerusakan hak milik pribadi dan masyarakat toh terjadi, yang mestinya dapat dihindari dalam sebuah unjuk rasa masyarakat.

Di Argentina, pada krisis ekonomi 2001/2002, jutaan warga biasa turun ke jalan selama beberapa hari, dengan hasil yang sama dengan protes di Barcelona, yang hasilnya sejumlah perubahan dalam pemerintahan federal. Pada 19 dan 20 Desember 2001, kerusuhan di Buenos Aires dan sejumlah kota besar lainnya menyebabkan presiden Fernando de la RĂșa yang saat itu berkuasa, mengundurkan diri, meskipun 32 orang demonstran terbunuh. Pada saat yang sama dan juga selama 2002, ribuan rakyat kelas menengah turun ke jalan menentang lembaga-lembaga keuangan dan perusahaan-perusahaan asing sambil memukuli poci dan panci (hal ini menyebabkan timbulnya istilah cacerolazo), untuk memprotes pembekuan rekening-rekening bank mereka dalam apa yang disebut corralito. Pada bulan-bulan berikutnya, rakyat Argentina mengembangkan sejumlah sistem ekonomi alternatif, struktur sosial dan sistem pemerintahan otonom sendiri yang berbasis lingkungan. Slogan yang populer dalam gerakan tersebut adalah ¡Que se vayan todos! ("Semua keluar [dari pemerintahan]!"), menunjukkan frustrasi para demonstran bukan hanya terhadap korupsi dalam pemerintahan, tetapi juga dengan kseluruhan struktur pemerintahan.

Di India, pandangan-pandangan Vandana Shiva, Amartya Sen dan Arundhati Roy sangat populer, dan memperoleh status selebriti penuh. Gagasan-gagasan mereka yang diterima dan diminati, seperti halnya juga dengan gagasan-gagasan Mohandas Gandhi menjadi tantangan besar dan spesifik terhadap fundamentalisme Hindu dan Muslim. Ketiganya juga menghasilkan dampak yang cukup besar di dalam gerakan "antiglobalisasi".
[sunting]
Mobilisasi

Catatan bahwa dimulainya garis waktu ini hanyalah mencerminkan awal dari mobilisasi utama di Amerika; mobilisasi antikorporasi globalisasi internasional yang terjadi setelah Seattle.
30 November 1999 – Seattle, Konferensi ke-3 Menteri-Menteri WTO
16 April 2000 – Washington, DC, IMF
1 Mei 2000 – Global, May Day protes (Hari Buruh)
29 Juli 2000 – Philadelphia, Konvensi Nasional Partai Republik
11 Agustus 2000 – Los Angeles, Amerika Serikat, Konvensi Nasional Partai Demokrat
11 September 2000 – Melbourne, World Economic Forum