Jumat, 25 Juni 2010

RESENSI BUKU SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X.


Buku : SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X.
PENULIS : TIBURTIUS GUNAWAN
CETAKAN I : TAHUN 2008 DICETAK di PT GRAFIKA TIMOR IDAMAN KUPANG NTT
ISBN : 978-979-18777-0-1
CETAKAN II : TAHUN 2009 di PD SELAMAT YOKYAKARTA disposori oleh Tim Indonesia menulis dan Universitas Kristen Duta Wacana Yokyakarta.

Buku Sosiologi untuk SMA kelas X ini disusun berdasarkan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) 2006, membantu memotifasi dan mengembangkan kemampuan pemahaman siswa terhadap realitas sosial melalui konsep interaksi sosial, integrasi sosial, kelompok sosial, lembaga sosial, organisasi sosial, nilai dan norma sosial, sosialisasi, penyimpangan sosial dan pengendalian sosial.
Konsep-konsep sosiologi tersebut dibahas dan disertai dengan contoh dan gambar yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diarahkan untuk beraktifitas melalui tugas-tugas individu dan kelompok guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat yang pada gilirannya siswa dapat membentuk sikap dan sifat yang conformity. Dilatih berdiskusi tentang masalah-masalah sosial , dengan tujuan siswa dapat bekerja sama, berpikir rasional, dan kritis. Ditambah lagi tugas mengakses di internet untuk mengembangkan pembelajaran berwawasan ICT (Information Communication and Technology)
Sistimatika Buku ini, mulai dari kata pengantar, program tahunan dan semester (hanya untuk mengetahui alokasi waktu ujian blok), standar isi, bagan materi yang juga berfungsi sebagai ringkasan materi, masuk kepembahasan inti materi, tugas dan soal-soal serta glosarium.

Buku sosiologi ini merujuk pada Standar kompetensi
Pertama : Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Membawahi standar kompetensi ini adalah kemampuan dasar yang diharapkan untuk menjelaskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan. Dalam hal ini (Bab 1) disajikan konsep-konsep sosiologi yang berkaitan dengan pengenalan sosiologi dalam perkembangannya didunia dan di Indonesia, yang didasari obyek kajian serta metode-metodenya sebagaimana penekanan pada pengantar yang ditulis oleh Prof. Alo liliweri bahwa salah satu syarat sosiologi sebagai scientific study karena dia mempunyai struktur keilmuan yang sama dengan ilmu-ilmu pada umumnya , khususnya ilmu sosial seperti metodologi keilmuan yang terorganisir serta menampilkan perspektif dan paradigma yang menjelaskan obyek studinya. Berkaitan dengan realitas sosial, tertatanya kehidupan manusia menurut struktur sosial baik fertikal maupun horisontal, tersistem berdasarkan aspek-aspek kehidupan akan sangat ditentukan pemahaman akan nilai dan norma sosial sebagai bagian kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran sosiologi yang dalam aplikasinya disekolah-sekolah dengan adanya program 9K (ketertiban, keamanan, keindahan, kerindangan, kebersihan, kekeluargaan, kesehatan dan kecerdasan) sebagai nilai sosial merupakan dasar dan tujuan pembentukan kepribadian anak sedangkan tata tertib sekolah sebagai normanya.
Penulis menguraikan dalam skala nasional misalnya, Pancasila sebagai nilai luhur merupakan landasan idil bangsa Indonesia dan UUD”45 sebagai normanya yang disebut dasar konstitusinal negara Indonesia, Sejauhmana penghayatan akan nilai – nilai Pancasila serta pasal demi pasal UUD”45 yang ditindaklanjuti dalam perilaku menjalankannya maka tujuan negara dan, bangsa ini tercapai sebagaimana diharapkan terciptanya Masyarakat Adil dan Makmur (MAM). Penulis menjelaskan semua hal ini dalam bab 2. Berkaitan dengan itu maka akan terpenuhinya fungsi sosiologi yaitu akan semakin memahami nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat serta memahami perbedaan yang ada didalam masyarakat. Dalam kemajemukan masyarakat Indonesia daya pengikat yang ampuh untuk terciptanya nilai keteraturan, keamanan, kedamaian adalah dua landasan tadi yaitu Pancasila dan UUD”45 dan berbagai aturan-aturan pelaksanaan lainnya.
Terwujutnya suatu cita-cita atau tujuan hidup yang berinilai baik juga dipengaruhi oleh pola-pola interaksi yang seyogianya tertata menurut nilai dan norma yang telah terinternalisasi. Sebagaimana penulis jelaskan dalam bab 3 buku ini. Jika interaksi berarah pada kesatuan berarti berpola asosiatif, disini nampak dalam konteks adanya kerjasama, akomodasi, akulturasi dan asimilasi. Sebaliknya jika interaksi berpola disosiatif nampak dalam konteks kontrafensi, kompetisi dan konflik sosial. Sebagaimana dinyatakan dalam sarat kedua sosiologi oleh Prof. Alo adalah human societies, sosiologi sebagi ilmu mempunyai kemampuan untuk menjelaskan seluruh kehidupan dan pengalaman kehidupan masyarakat mulai dari interaksi antara individu, kelompok, komnitas dan hingga ke interaksi sosial dalam masyarakat . Sejauh mana penyerapan nilai dan norma sosial yang dipahami atau dihayati seseorang akan nampak dalam tata cara berinteraksi sosial.

Kedua : Menerapkan nilai dan norma sosial dalam pengembangan kepribadian.

Dalam standar kompetensi kedua ini diharapkan siswa dapat mencapai tiga kompetensi dasar. Kompetensi dasar pertama mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian .
Sosialisasi dimulai dari sejak individu masih bayi yang dibimbing oleh orangtuanya hingga ia siap menyesuaikan diri dalam kelompoknya yaitu masyarakat. Masyarakat hanya bekerja secara efektif bila para anggotanya berprilaku dan bersikap wajar sehingga dapat diperhitungkan dalam rangka ketahanan hidup masyarakat. Dan karena itu perlu adanya kerja sama satu sama lain. Sebaliknya jika masing-masing orang hanya ingin memenuhi kepentingannya maka akan terjadi pertentangan atau konflik. Melalui sosialisasi para anggota masyarakat belajar untuk saling berkomunikasi satu sama lainnya.
Dengan demikian sosialisasi sangat diperlukan mulai sejak kecil hingga dewasa karena merupakan dasar yang diperlukan dan memungkinkan individu berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial. Alasan utama pentingnya sosialisasi yaitu agar dengan nilai, norma dan peran sosial yang dipelajari dan dimilikinya itu seseorang dapat hidup baik dalam masyarakat dan agar masyarakat tetap bertahan hidup dari generasi ke generasi. Untuk itu dengan sosialisasi setiap individu diharapkan dapat
1. Menyesuaikan perilaku yang diharapkan yang dianggap baik oleh masyarakat.
2. Mengenal dirinya dan mengembangkan segala kemampuan dengan lingkungan sosialnya.
3. Mampu menjadi anggota masyarakat yang baik sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakat.
4. Memperoleh konsep tentang dirinya.
Tujuan sosialisasi. Bruce J.Cohen membagi tujuan sosialisasi sebagai berikut:
1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat
2. Menanamkan nilai-nilai dan norma pada seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik.
4. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat dengan seringnya ia mengoreksi perbuatan yang sudah dilakukan, apakah benar atau salah.
Supaya terciptanya suatu interaksi sosial yang asosiatif. Disamping itu sosiologi mempunyai fungsi; pertama, memberikan pengetahuan tentang pola-pola interaksi sosial baik secara asosiatif maupun disosiatif .Kedua :mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, ketiga , mengkaji status dan peran kita sebagai anggota masyarakat serta dapat melihat dunia lain yang belum kita lihat sebelumnya. Keempat , akan semakin memahami nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh masyarakt lain serta memahami perbedaan yang ada.. guna terciptanya suatu interaksi sosial yang asosiatif. Persoalan keteraturan sosial akan terjawab jika manusia menjalankan interaksi sosial yang asosiatif dimana berarah pada suatu kondisi kerukunan kedamaian dan kebahagian didalam masyarakat yang dalam prosesnya terwujut dalam benntuk kerja sama, akomodasi, akulturasi dan asimilasi. namun tak dapat disangkal bahwa dalam interaksi sosial pula ada yang berarah pada perpecahan yang melewati proses kontrafensi, kompetisi dan konflik sosial Hal terakir ini yang merupakan kompetensi dasar yang harus bisa dipahami oleh siswa. Kemampuan memahami konsep-konsep ini pada gilirannya merujuk pada kemampuan untuk menjelaskannya, sebagaimana penekanan pada pengantar yang ditulis oleh
Prof. Alo liliweri bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu memiliki tiga syarat utama, pertama, sosiologi sebagai scientific study karena dia mempunyai struktur keilmuan yang sama dengan ilmu-ilmu pada umumnya , khususnya ilmu sosial seperti metodologi keilmuan yang terorganisir serta menampilkan perspektif dan paradigma yang menjelaskan obyek studinya. Kedua, human societies, sosiologi sebagi ilmu mempunyai kemampuan untuk menjelaskan seluruh kehidupan dan pengalaman kehidupan masyarakat mulai dari interaksi antara individu, kelompok, komnitas dan hingga ke interaksi sosial dalam masyarakat, berkaitan dengan ini dalam bab dua dapat dipelajari tentang jenis-jenis nilai dan norma sosial sebagai bagian yang penting dalam pembentukan kepribadian manusia serta aplikasinya melalui bentuk interaksi sosial baik yang asosiatif maupun yang disosiatif. Ketiga, social bihavior, sosiologi berkemampuan untuk menjelaskan seluruh struktur perilaku individu dan kelompok dalam konteks kehidupan sosial bersama. Jadi sosiologi memberikan kemampuan bagi kita untuk menerangkan dan bahkan membangun visi baru tentang kehidupan masyarakat dalam suatu konteks sosial dimana manusia itu mempengaruhi kehidupan manusia.

Sosialisasi:
1. Setiap kelompok masyarakat menginginkan adanya perilaku yang teratur dan sesuai dengan para anggotanya supaya terciptanya keteraturan dan keamanan masyarakat. Keteraturan masyarakat dihasilkan dari proses sosialisasi sehingga penyesuaian diri merupakan bentuk interaksi sosial agar perilaku seseorang terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya sehinga mengasilkan kepribadian yang konformity atau ketaatan, kesetiaan. Dengan demikian bahwa konformitas adalah perilaku seseorang yang patuh, taat terhadap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Kepatuhan ini menunjukan kesesuaian antara perilaku dan nilai dan norma dalam masyarakat. Jika perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat maka terjadi suatu penyimpangan. Perilaku menyimpang hasil dari sosialisasi yang tidak sempurna dan juga karena belajar menyimpang dari nilai dan norma dalam kelompok sub kebudayaan menyimpang, sehingga menghasilkan kepribadian non konformitas.
Kompetensi Dasar kedua : Mendeskripsikan perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.
Pada hakekatnya masyarakat menginginkan kondisi aman, tentram dan damai. Kondisi ini dapat tercapai jika masyarakat itu hidup dalam keteraturan dan mengikuti tata tertib atau nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Namun kondisi yang normatif tersebut tidak selalu bisa terwujud secara utuh, masih banyak terjadi penyimpangan sosial seperti tawuran pelajar, konflik SARA, perceraian, pernikahan dini, homoseksual, narkoba , terorisme dan lain-lain. Perilaku-perilaku tersebut jelas mengganggu keteraturan sosial (social order) yang memang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial. Disajikan dengan berbagai contoh , gambar realitas sosial yang dekat dengan konsep-konsep pemyimpangna sosial

Kompetensi Dasar ketiga : Mendeskripsikan pengendalian sosial terhadap anggota masyarakat.
Pengendalian social

Untuk itulah perlu adanya suatu pengendalian sosial dimana upaya untuk menstabilkan dan mewujutkan kondisi yang seimbang dalam masyarakat. Masyarakat yang berdinamika senantiasa harus tetap dijaga stabilitasnya dengan cara-cara persuatif dan koersi (paksaan). Dan untuk itu perlu adanya pranata atau lembaga/institusi sebagai agen dalam pengendalian masyarakat supaya terarah dalam koridor nilai dan norma sosial. Pranata-pranata tersebut misalnya, keluarga, lembaga penegak hukum, lembaga pendidikan, lembaga kemasyarakatan, lembaga adat, dan lembaga agama. Untuk itu pada bab ini kita membahas tentang pengendalian sosial. Disajikan dengan berbagai contoh , gambar realitas sosial yang dekat dengan konsep-konsep pengendalian sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar