SOSIOLOGI KELUARGA (BAB 2. KLS XII : LEMBAGA SOSIAL)
Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih (“nuclear family”). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup.
Suatu keluarga batih dianggap sebagai suatu sistem sosial, oleh karena memiliki unsur-unsur sistem sosial yang pada pokoknya mencakup kepercayaan, perasaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan, dan fasilitas. Sehingga akan bermunculan beberapa item-item keadaan tertentu apabila kita coba untuk mengapresiasikan dan mengaplikasikan dari unsur-unsur cakupan pokok keluarga batih tersebut.
Profesor Soerjono Soekanto, dalam buku Sosiologi Keluarga: tentang ikhwal keluarga, remaja dan anak, menjelaskan bahwa, masa mendatang merupakan sambungan masa kini, sedangkan masa kini berasal dari masa dulu, orang tua ideal masa dulu, memberikan landasan bagi orang tua ideal masa kini. Hal ini berarti, bahwa hal-hal yang pokok pada masa dulu, mungkin masih dapat dijadikan dasar orientasi pada masa kini. Sikap tindak logis yang mendapat tekanan pada masa kini, tidak perlu menjadi hal yang negatif, apabila disertai dengan penyerasiannya dengan sikap tindak etis dan estetis dalam arti dan penafsiran yang sebenarnya.
Orang tua ideal masa mendatang, merupakan produk orang tua ideal masa kini. Kalau pada masa kini sudah mulai tampak gejala-gejala negatif yang mempengaruhi pola mendatang, maka pengaruh itu sebenarnya harus dihilangkan. Menghilangkan pengaruh yang negatif itu bukanlah dengan cara mengagung-agungkan masa lampau yang sudah lewat, akan tetapi dengan cara menunjukkan bahwa pola yang berlaku dewasa ini tidak akan menguntungkan manusia pada masa mendatang
Ciri orang tua ideal masa mendatang, seyogyanya mulai dipikirkan dan dicoba pada masa kini dalam bentuk usaha untuk lebih menyerasikan nilai spritualisme dengan nilai materialisme yang memang merupakan pasangan. Hal itu tidak akan tercapai, apabila manusia tetap fanatik pada salah satu nilai saja, dengan mengabaikan nilai yang menjadi pasangannya. Orang tua ideal di masa mendatang adalah orang tua yang dapat menyerasikan nilai spritualisme dengan nilai materialisme secara proporsional
Dalam buku ini, penjelasannya tidak hanya mencakup orang tua yang ideal ataupun metode-metode bagaimana orang tua menciptakan sebuah keluarga yang ideal ditinjau dari sudut pandang sosiologisnya saja. Namun banyak hal yang termaktub dalam buku ini diantaranya adalah; peranan keluarga didalam lingkungan sosial dan hukum; tinjauan bimbingan dan konselor mahasiswa tentang keluarga dan tingkah laku sosial, homoseksual ditinjau dari sudut sosiologi dan remaja, dan sebagainya.
Format penjelasan dalam buku ini, mungkin bisa diibaratkan seperti bagaimana halnya kita membuat makalah, jadi dalam buku ini juga terdapat pengantar di bagian pertama dari sub-sub bagian buku yang akan dibahas, dengan menyajikan sebuah permasalahan yang mungkin memang terlihat bagitu spesifik dan menarik untuk dibahas, karena kulasannya berkisar pada realita sosial yang terjadi dewasa ini, bisa dikatakan juga bahwa dalam bagian ini juga diringkaskan rumusan masalah yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Sedangkan di bagian kedua, terdapat pembahasan, yang meliputi tentang pembahasan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan tadi beserta langkah-langkah yang harus ditempuh dari sebuah permasalahan. Namun dalam bagian ini jelas lebih luas cakupan dan pembahasannya terlepas dari rumusan masalah yang diangkat, karena dilihat dari beberapa aspek yang juga turut disertakan dalam bagian ini. Dan yang terakhir yaitu bagian penutup, dalam bagian ini adalah ringkasan dari pembahasan masalah serta juga saran yang terformulasikan atas langkah-langkah yang diberikan. Dan yang lebih benefit lagi yang terdapat dalam buku ini ialah, penyusunan kata-kata tidak begitu sulit, sehingga mudah untuk dimengerti dan dipahami kalangan pembaca (red: secara umum), ditambah lagi penyususnan paragraf yang tersusun dengan rapi, juga menambahkan sebuah keunikan dan keindahan buku ini.
Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai remaja, yaitu, apabila remaja muda sudah menginjak usia 17 tahun sampai 18 tahun, mereka lazim disebut golongan muda atau pemuda-pemudi. Sikap tindak mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap tindak orang dewasa, walaupun dari sudut perkembangan mental belum sepenuhnya demikian. Biasanya mereka berharap agar dianggap dewasa oleh masyarakat. Remaja sebenarnya tergolong kalangan yang transisional. Artinya, keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, oleh karena berada antara usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan orang dewasa mereka masih dianggap kecil
Secara umum persoalan-persoalan yang dihadapi remaja berkisar pada masalah pribadi yang khas remaja, misalnya, soal kemandirian, hak dan kewajiban, kebebasan, pengakuan terhadap eksistensi budaya remaja, dan lain masalah yang boleh dikatakan bersifat universalistik. Sehingga persoalan-persoalan itu menimbukan berbagai ciri atau karakteristik pada diri remaja, yang juga bersifat umum, dengan catatan bahwa kemungkinan terjadinya variasi tetap ada
Secara teoritis tidak mungkin untuk menemukan upaya-upaya yang pasti untuk menanggulangi permasalahan yang diuraikan tersebut. Agaknya kunci yang pokok adalah hubungan yang akrab antara ora tua dengan anak-anaknya yang menginjak usia remaja. Hubungan yang akrab itu jangalah semata-mata didasarkan pada kebendaan saja, akan tetapi senantiasa harus diserasikan dengan landasan spitual. Kedua landasan itu tidak mungkin dipisah-pisahkan, apalagi saling menggantikan. Keduanya harus selalu diserasikan, sehingga menghasilkan akibat yang baik
Dengan mempelajari seluk beluk kehidupan remaja secara seksama, orang tua dapat membantu mereka untuk menemukan identitas diri. Pola kehidupan remaja zaman kini mempunyai ciri-ciri tersendiri; janganlah orang tua memaksakan ciri-ciri kehidupan remaja pada zaman mereka pada anak-anaknya. Cara demikian hanyalah memperbesar kesenjangan. Yang seyogyanya dilakukan adalah membandingkan yang sekarang dengan yang terjadi dahulu, kemudian berilah kesempatan pada remaja untuk memilihnya sendiri, sesuai dengan keinginan hatinya sendiri
Namun semua itu tidak lepas dari pengaruh terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, pergeseran tekanan nilai-nilai dan persiapan masa depan anak dengan segala persoalannya. Terjadinya pergeseran tekanan nilai sebenarnya bukan sepenuhnya merupakan akibat perkembangan ilmu dan teknologi, sebenarnya hal itu sangat tergantung pada pihak yang memanfaatkan ilmu dan teknologi itu. Ilmu dan teknologi pada dasarnya mempunyai sifat netral; tergantung pada manusianya, apakah akan digunakan untuk maksud-maksud positif atau negatif. Oleh karena itu, penggunaan ilmu dan teknologi tersebut hendaknya tidak berhenti pada sekedar penggunannya saja, akan tetapi juga dengan memperhitungkan akibat-akibatnya sepanjang manusia mampu untuk mengadakan predeksi yang akurat. Penerapan ilmu dan teknologi tidak perlu menghasilkan pergeseran nilai, oleh karena dapat ditujukan untuk menyerasikan pasangan nilai-nilai. Ringkasnya, pemahaman ilmuan teknologi tidak hanya digunakan semata-mata, akan tetapi senantiasa harus disertai dengan tanggung jawab penggunaannya
Judul buku ini merupakan dalam rangka pembicaraan mengenai “mempersiapkan masa depan bagi anak”. Ruang lingkup judul tersebut jelas sangat luas, oleh karena berkaitan dengan hampir seluruh bidang kehidupan manusia dalam masyarakat. Kiranya jelas bahwa tulisan ini tidak mungkin membicarakan ruang lingkup yang sedemikian luasnya itu, oleh karena untuk mengalternatifasi itu semua, diadakan pembatasan-pembatasan, agar supaya manfaatnya jelas, walapun dalam ruang lingkup yang agak sempit. Pembatasan pertama adalah pendekatan sosiologis dan hukum (yuridis). Pembatasan kedua adalah mengenai isinya, yang lebih menekankan segi teoritis, sehingga penerapan diserahkan sepenuhnya pada mereka yang menaruh minat untuk membaca tulisan ini. Pembatasan selanjutnya adalah pada nilai-niai yang akan dibicarakan; buku ini hanya akan membahas nilai-nilai yang bersifat umum yang menjadi pegangan bagi kehidupan bersama pada umumnya. Pembatasan selanjutnya adalah pada contoh-contoh yang diberikan. Contoh-contoh tersebut diambil dari bahan pustaka tertentu, atau dilandaskan pada pengamatan sesaat, sehingga hal ini sebenarnya membuka peluang untuk mengadakan diskusi yang lebih mendalam bagi contoh-contoh lain yang tidak dijumpai oleh penyusun tulisan dalam pengamatannya.
Melihat adanya beberapa pembatasan diatas, jelas sekali kalau dengan adanya pembatasan tersebut, yang berimplikasi pada pembahasan yang tidak terlalu melebar dan cakupannyapun tidak terlalu luas, dan merupakan salah satu bagian dari kekurangan yang memang kalau perlu adanya pembenahan dalam pembuatan buku di edisi selanjutnya, demi terciptanya kelengkapan atas kesempurnaan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat
http://rusdisosiologi.blogspot.com/2009/04/resensi-buku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar