Menurut Berger manusia merupakan makhluk tak berdaya karena
dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia
mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri.
Sejumlah tokoh sosiolog berpandangan bahwa yang diajarkan melalui sosialisasi adalah peranan-peranan. Oleh sebab itu berbagai teori sosialisasi merupakan teori mengenai peranan.
Dalam teori Mead diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead mengembangkan diri manusia ini berlangsung melalui tahap-tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
Mead berpandangan bahwa setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat – suatu proses yang dinamakan pengambilan peranan. Dalam proses ini seseorng belajar ntuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain. Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang menlalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui imteraksi dengan orang lain ini diberinya nama looking-glass self, yang menurutnya terbentuk melalui tiga tahap.
Kemampuan seseorang untuk mempunyai diri teragntung pada sosialisasi. Oleh karenanya seseorang yang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat berinteraksi dengan orang lain.
Dalam sosiologi kita membicarakan mengenai agen-agen sosialisasi. Fulter dan Jacobs mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Pesan-pesan yang disampaikan berbagai agen sosialisasi tidak selamanya sepadan maka sosialisasi diharapkan dapat berjalan relatif lancar. Namun apabila pesan berbagai agen sosialisasi saling bertentangan maka warga masyarakat cenderung mengalami konflik pribadi.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Para ahli berbicara mengenai sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
Setelah sosialisasi primer kita menjumpai sosialisasi sekunder. Sosialisasi antisipatoris merupakan suatu bentuk sosialisasi sekunder yang mempersiapkan seseorang untuk peranan yang baru.
Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah proses sosialisasi yang didahului dengan proses desosialisasi. Kedua proses ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung pada institusi total. Suatu bentuk desosialisasi dan resosialisasi yang banyak dibahas di kalangan ilmuwan sosial praktik cuci otak.
Menurut Jaeger sosialisasi dengan cara represi menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, sedangkan sosialisasi denga cara partisipasi merupakan pola yang di dalamnya anak diberi imbalan apabila berperilaku baik.
Sejumlah tokoh sosiolog berpandangan bahwa yang diajarkan melalui sosialisasi adalah peranan-peranan. Oleh sebab itu berbagai teori sosialisasi merupakan teori mengenai peranan.
Dalam teori Mead diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead mengembangkan diri manusia ini berlangsung melalui tahap-tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
Mead berpandangan bahwa setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat – suatu proses yang dinamakan pengambilan peranan. Dalam proses ini seseorng belajar ntuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain. Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang menlalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui imteraksi dengan orang lain ini diberinya nama looking-glass self, yang menurutnya terbentuk melalui tiga tahap.
Kemampuan seseorang untuk mempunyai diri teragntung pada sosialisasi. Oleh karenanya seseorang yang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat berinteraksi dengan orang lain.
Dalam sosiologi kita membicarakan mengenai agen-agen sosialisasi. Fulter dan Jacobs mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Pesan-pesan yang disampaikan berbagai agen sosialisasi tidak selamanya sepadan maka sosialisasi diharapkan dapat berjalan relatif lancar. Namun apabila pesan berbagai agen sosialisasi saling bertentangan maka warga masyarakat cenderung mengalami konflik pribadi.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Para ahli berbicara mengenai sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
Setelah sosialisasi primer kita menjumpai sosialisasi sekunder. Sosialisasi antisipatoris merupakan suatu bentuk sosialisasi sekunder yang mempersiapkan seseorang untuk peranan yang baru.
Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah proses sosialisasi yang didahului dengan proses desosialisasi. Kedua proses ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung pada institusi total. Suatu bentuk desosialisasi dan resosialisasi yang banyak dibahas di kalangan ilmuwan sosial praktik cuci otak.
Menurut Jaeger sosialisasi dengan cara represi menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, sedangkan sosialisasi denga cara partisipasi merupakan pola yang di dalamnya anak diberi imbalan apabila berperilaku baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar